Thursday, 4 October 2018

Pasti Dapat Renungan Kecil Di Hari Ibu

Renungan kecil di hari ibu – Hari ini Sabtu, 22 Desember, bertepatan dengan Peringatan Hari Ibu Indonesia. Dalam sejarah sanggup kita baca bahwa peringatan Hari Ibu ditetapkan melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Penetapan Hari Ibu menurut Kongres Perempuan Indonesia, 22 Desember 1928 sebagai awal usaha kaum wanita di Indonesia.

 bertepatan dengan Peringatan Hari Ibu Indonesia PASTI BISA Renungan Kecil di Hari Ibu
Ilustrasi renungan kecil di Hari Ibu (pixabay.com)

Beruntunglah anda yang masih mempunyai ibu ketika ini!   Masih sanggup berbakti kepada ibu secara kasatmata dalam kehidupan sehari-hari. Menyenangkan dan membahagiakan sang ibu, apalagi di hari yang istimewa ini.

Tentu saja hal ini tidak semata di Hari Ibu dilakukan terhadap sang Ibu. Menyenangkan dan membahagiakan ibu dilakukan setiap saat, selagi sang Ibu masih hidup. Kenapa begitu?

Ada pepatah usang mengatakan, “kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah”. Selagi roda kehidupan berjalan, menempuh liku-liku jalan kehidupan, kasih ibu tak pernah berhenti.

Ibu tak pernah berhenti menyayangi anaknya. Apakah anaknya pintar, bodoh, bandel, bahkan durhaka sekalipun. Ibu hanya akan menangis jikalau mendapat kenyataan anaknya bodoh, badung dan durhaka. Tapi ibu tak pernah menyesal apalagi membencinya.

Sebaliknya, sang Ibu akan senang, senang dan gembira ketika mempunyai anak pintar, santun pada orangtua, bakir menyenangkan hati kedua orangtua.

Perjuangan sang ibu

Perjuangan sang Ibu terhadap anaknya dimulai semenjak dalam kandungan. Ketika perut sudah mulai membesar, mengandung anak yang diharapkan, maka ketika itu pulalah usaha itu dimulai.

Segala acara menjadi agak susah. Berjalan, tidur dan bekerja menjadi tidak menyenangkan. Hati sering dilanda bingung dan gelisah. Dan, puncak usaha itu terjadi ketika melahirkan sang anak yang didambakan. Ibu berjuang setengah mati. Rasa mau putus nyawa dari badan.

Darah tertumpah seiring tangisan bayi. Hati ibu pun lega. Bahkan sakit bermetamorfosis senyum haru dan senang. Anak yang dilahirkan ternyata anggun dan lucu!

Perjuangan sang Ibu terus berlanjut. Ketika memasuki usia sekolah, sang ibu selalu berusaha untuk membimbing anaknya. Membimbing belajar, menutupi kebutuhan biaya pendidikan dan masih banyak lainnya.

Bahkan ada ibu yang sempat berhutang ke sana sini demi memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Tujuannya tidak lain kelangsungan pendidikan anak tidak terganggu dan sang anak menjadi berhasil kelak.

Ketika anak berhasil dalam hidupnya dan  mempunyai keluarga. Sang ibu tak pernah berhenti berjuang. Yang dipikirkan ibu ialah sang cucu. Mengasuh cucu sebagaimana mengasuh anaknya dulu.

Sayang ibu beralih pada cucu. Bahkan saying kepada cucu melebihi kepada anaknya sendiri. Tapi itu semua ialah wujud kasih ibu terhadap anak yang dilahirkannya.

Ibu memang tidak berharap balas jasa dari anak. Sang ibu hanya berharap biar anaknya berhasil menjalani kehidupan.  Menjadi anak yang saleh, beriman dan bertaqwa serta mendoakan kedua orangtuanya.
Ibu berharap doa dari sang anak, baik sang ibu masih hidup maupun sudah meninggalkan dunia fana ini. Selamat Hari Ibu dan wanita Indonesia!

No comments:

Post a Comment