Showing posts sorted by relevance for query bagaimana-hukum-alam-ini-bekerja. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query bagaimana-hukum-alam-ini-bekerja. Sort by date Show all posts

Saturday, 16 January 2021

Lebih Pintar Bagaimana Aturan Alam Ini Bekerja…?

Sahabat Edukasi yang berbahagia… 

Alam semesta raya diciptakan oleh Allaah SWT tidak ada yang percuma dan sia-sia termasuk aturan alam yang berlaku di dalamnya.

Hukum alam yaitu aturan yang berasal dari Allah itu sendiri yang berlaku di alam ini.

Oleh alasannya yaitu itu, seberapapun tinggi ilmu dan teknologi yang sanggup dikembangkan manusia, mustahil sanggup mengubah struktur alam yang sudah maha canggih semenjak dulunya.

Apa yang sanggup dilakukan insan tidak lain yaitu menelusuri dan mencoba memahami hukum-hukum alam tersebut sehingga dengan izin-Nya, insan kemudian sanggup memanfaatkan aturan itu untuk meningkatkan derajat kehidupan yang semakin baik jikalau ia senantiasa berpikir, merasa, dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya.

Hidup ini jikalau diibaratkan mirip aliran sungai, ia senantiasa bergerak fluktuatif. Namun jikalau seseorang telah membekali dirinya dengan pemahaman kepercayaan yang telah terimplementasi secara faktual serta berbuah dalam verbal dan perbuatan yang baik, maka yang ia dapatkan juga sesuatu hal yang baik-baik saja.

Di manapun dan bagaimanapun keadaan hidupnya, ia masih mempunyai kontrol/kendali penuh pada seluruh aktifitas lahir maupun batinnya, ia tetap stabil, sabar dalam ujian, dan bersyukur dalam kelebihan.

Hal ini tentu tak lepas dari aturan alam yang telah berlaku semenjak alam ini tercipta oleh-Nya, sesuatu tujuan yang baik yang diusahakan dengan cara-cara yang baik bagaimanapun akhirnya, maka endingnya niscaya juga baik. Dan sebaliknya sesuatu yang dilakukan dengan sesuatu yang tidak baik, maka cepat atau lambat penyesalan itu akan tiba pada pelakunya.

Hukum alam ini berlaku sebagai bukti akan kekuasan-Nya, bukti ke-Maha Adil-NYA, dan juga merupakan bukti dari eksistensi dari kekuasaan Allaah SWT terhadap seluruh alam dan isinya.

Mekanisme alam pun sangat detail dan super canggih, berjuta ciptakaan bergerak mekanis secara konsisten dari yang terkecil hingga dengan yang terbesar.

Oleh alasannya yaitu itu, sebelum melaksanakan sesuatu, mari kita berfikir sejenak apakah cara saya benar, apakah tujuan saya baik, dan pertimbangan yang paling sempurna yaitu bertanya pada diri-sendiri apakah ini diridloi oleh Allaah SWT.

Karena insan tidak akan pernah tahu bagaimana sebenarnya alam ini bekerja, yang diketahui oleh insan ketika ini hanyalah sesuatu yang hal yang sangat terbatas dari sesuatu yang memang tiada batas. Namun realitas dari aturan alam itu sendiri sanggup dirasakan oleh hampir setiap manusia, di mana mau untuk terus berguru maka akan menjadi pintar, mau berusaha terus maka ia akan berhasil, dan seterusnya.

Jika dalam hati terbesit keraguan, cemas, dan khawatir alasannya yaitu adanya sinyalemen yang negatif pada hasil pemikiran ini, maka mari kita memohon petunjuk pada-Nya biar kita selamat dari golongan-golongan insan yang merugi sekaligus berdo’a semoga kita termasuk dalam jajaran makhluk-Nya yang cendekia bersyukur dan kokoh kesabaran dalam menjalani sesi demi sesi dalam alur proses kehidupan sementara di ala ini untuk menuju kehidupan yang sesungguhnya.

Hingga pada hasilnya semua dari kita sanggup diterima seluruh amal ibadah kita dan diampuni segala khilaf, salah dan dosa-dosa kita di masa lalu… Aamiin... ...!

Friday, 13 November 2020

Lebih Bakir Bertahap Lama-Lama Menjadi Bukit

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Sedikit Demi Sedikit Lama Lama Menjadi Bukit, itulah peribahasa yang sudah tak abnormal lagi bagi kita bukan…? Tidak ada sesuatu yang instan di dunia ini. Semua hasil melalui prosesnya masing-masing. 

Mekanisme alam pun bekerja menurut aturan alam ini yang sudah ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. 

Lihat artikel berikut ==> Bagaimana Hukum Alam Bekerja..?

Tak terkecuali alam semesta ini pun diciptakan-Nya melalui proses yang memerlukan waktu yang telah ditentukan dan ditetapkan-Nya, namun juga bukan berarti Ia tak bisa membuat secara instan.

Akan tetapi pelajaran besar kepada kita bahwasannya Tuhan pun membuat segala sesuatu dengan waktu-waktu tertentu menurut kehendak-Nya, sehingga pelajaran yang sanggup kita petik yakni mengenai perjalanan waktu demi waktu yang terus melaju ini merupakan konskuensi serta kelanjutan dari waktu-waktu sebelumnya.

Alhasil antara masa lalu, masa sekarang, dan masa depan yakni rangkaian proses yang saling terkait dan saling menghipnotis baik aktual maupun negatifnya.

Jika memang hidup ini yakni pilihan, sempurna kiranya pilihan kita yakni menentukan jalan yang baik, di mana jalan yang baik dalam proses kehidupan ini pastinya akan menuju pada kebaikan dan kebahagiaan yang sebenar-benarnya.

Dalam beberapa sesi kehidupan pun, kita dituntut mempunyai pemahaman yang komprehensif akan arti daripada proses demi proses yang harus dilewati dengan penuh kerja keras dan kerja cerdas yang disertai dengan permohonan / do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta mempersiapkan mental siap dalam mendapatkan apapun hasil kesannya nanti.

Dan pada pada dasarnya untuk mendapatkan sukses itu seseorang harus melewati proses yang benar, menyerupai halnya “Salah jalan yang ditempuh tak akan hingga pada tujuan”. Oleh alasannya itu, betapa pentingnya tujuan dalam suatu hidup ini sebagai suatu pilihan yang telah ditetapkan dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Untuk menjadi cendekia dibutuhkan proses berguru (membaca, menulis, berhitung) intensif dan berkelanjutan, mau bertanya, mau dikritik, dan sebagainya yakni prosesnya. Untuk menjadi kaya, bekerja dan memanajemen finansial dengan baik yakni prosesnya, dan lain sebagainya.

Proses itu menyerupai menabung uang, di mana sedikit demi-sedikit akan menjadi bukit, alasannya secara kongkrit, bukitpun merupakan tumpukan batu-batu kecil, tanah / pasir-pasir kecil, tumbuhan-tumbuhan kecil yang sama dengan yang ada di kawasan lainnya, yang membedakannya alasannya di sana batu, tanah, tumbuhan, dan lain-lain itu menyatu menjadi satu, terakumulasi, dan saling terintegrasi antara satu elemen dengan yang lainnya sehingga sanggup disebut dengan bukit.

Sahabat..! Mari terus memutuskan niat yang baik, proses yang baik, pembelajaran yang tiada henti, kerja keras, kerja cerdas yang dilandasi dengan kesabaran, konsistensi, komitmen, dan persistensi (keseriusan).

Prosesnya memang tidak sebentar Sobat…! Perlu waktu untuk melaksanakan secara tuntas proses demi prosesnya, tahap demi tahapnya, hingga satu paket hasil dari daya dan upaya kita itu telah memenuhi syarat untuk pencapaian suatu tujuan.

Insya Allaah apapun tujuan (goal) kita nantinya akan sanggup tercapai dan terlaksana (terwujud) atau bahkan lebih baik lagi dari asumsi kita alasannya Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang pada hamba-Nya. Semoga sukses dan senang selalu… …!

Friday, 13 September 2019

Jadi Cerdik Jadikan Pendidikan Itu Yang Memerdekakan


Jadikan Pendidikan Itu Yang Memerdekakan. Seorang siswa umur 18 tahun menginginkan masuk ke fakultas seni alasannya merupakan bidang yang ia inginkan. Namun alasannya "tekanan" dari pihak sekolah yang menyampaikan bahwa kalau ia tidak mengambil kesempatan itu, pihak sekolah akan menanggung akibatnya. Ya, di tahun berikutnya nanti, adik-adik kelasnya tidak akan menerima kesempatan masuk lewat jalur seruan ini. Dan "Tekanan" dari orang renta yang menjadi pengacara papan atas. Si orang renta memegang prinsip dari peribahasa usang bahwa "buah apel tidak jatuh jauh dari pohonnya."

Dari "Tekanan" tersebut akhirnya ia masuk ke fakultas hukum. Baru dua semester ia menjalani studinya itu, ia memutuskan untuk keluar dan pindah ke jurusan seni yang bahwasanya bidang yang benar-benar ia inginkan.

Ada juga siswi yang juga berusia 18 tahun diterima di fakultas ekonomi jurusan administrasi salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) terkenal. Tapi, akhirnya ia menentukan masuk ke sekolah tinggi swasta yang relatif gres dan mengkhususkan diri pada bidang studi kewirausahaan. Dia mengambil keputusan itu alasannya memang punya impian besar lengan berkuasa menjadi seorang pengusaha. Keputusan itu diambil walaupun harus diiringi tangis sang ibu dan muka masam sang ayah. Kedua orang tuanya menganggap bahwa menentukan sekolah tinggi ketimbang Perguruan Tinggi Negeri ternama yaitu keputusan bodoh! Ya, keputusan yang bodoh!

Sadarkah kita, berapa banyak orang renta yang merayakan keberhasilan anaknya meraih nilai Ujian Nasional (UN) tertinggi? Berapa banyak orang renta merayakan keberhasilan anaknya diterima di universitas favorit? Tapi, coba bandingkan, berapa banyak orang renta mau merayakan anaknya yang masuk sekolah kejuruan atau merayakan anaknya yang memutuskan masuk jurusan arkeologi, padahal sang ibu yaitu dosen fakultas teknik?

Sejak 1945 kita, orang Indonesia, memang sudah merdeka. Kita memang sudah berdiri semenjak 1908. Tapi, apakah pendidikan kita kini sudah sanggup dikategorikan sebagai pendidikan yang memerdekakan. Apakah terasa bahwa pendidikan kita ketika ini yaitu yang membangkitkan bawah umur bangsa? Anak-anak kita?

Jujur saja. Saat ini masih banyak siswa yang tidak merdeka dalam mengeksplorasi minat mereka, mengeksplorasi sesuatu yang berbeda hanya alasannya dibatasi oleh norma-norma yang menyampaikan bahwa "Kalau bukan jurusan eksakta, maka kau tidak termasuk anak cerdas. Kalau tidak lulus UN, maka klaar hidupmu!". Dan menjadi tontonan rutin di televisi ketika para siswa mulai SD hingga Sekolah Menengan Atas menangis sesenggukan pada ketika doa bersama menjelang UN, alasannya UN begitu disakralkan. UN dianggap sebagai momok, kesulitan dan bahaya , meski tahun ini hal itu sudah mulai berubah.

Anggapan sehabis lulus S-1, maka si anak harus S-2 dan sehabis itu S-3 sudah menjadi suatu hal lumrah. Banyak para lulusan S-1, ketika ditanya alasannya meneruskan ke jenjang S-2, maka sebagian besar menjawab, "Karena saya sudah lulus S-1!". Bahkan, untuk lulusan S-2, kalau ditanya alasanya meneruskan ke jenjang S-3, maka jawabannya adalah, "Karena saya sudah lulus S-2!".

Rasanya, tidak banyak orang menyadari bahwa ada tanggung jawab akademis yang diemban seseorang anak sehabis meraih gelar doktor. Karena, gelar doktor seharusnya bukan sekedar untuk mempercantik CV, bukan semata untuk kepentingan nyaleg, apalagi nyapres!. Pendidikan kita ketika ini memang masih bersifat normatif. Bahkan, pendidikan agama yang seharusnya sarat muatan eksploratif dan analitis, akhirnya hanya bersifat dogmatis dan normatif. Bagaimana mungkin tingkat ketakwaan hanya diukur dari sisi knowledge, dan bukan penerapan nilai-nilai agama itu sendiri?

Cobalah memberi kuliah atau seminar di universitas-universitas di negeri ini. Coba kita amati barisan dingklik yang manakah yang terisi terlebih dahulu? Coba kita amati, apakah kita eksklusif dibombardir dengan pertanyaan sehabis selesai presentasi? hehe... Entah mengapa, mulai forum-forum seminar di hotel berbintang, hingga kuliah umum di universitas ternama, dingklik gugusan paling belakanglah yang selalu terisi lebih dulu. Lalu, entah mengapa, siswa gres berani bertanya kalau sudah ada yang bertanya lebih dulu. Mereka takut salah, takut pertanyaannya dianggap tidak berkualitas, yang dalam bahasa anak zaman kini disebut culun punya alias cupu, sehingga memborgol pertanyaan dan rasa ingin tahu yang mungkin sudah ada di benak mereka. Buntu!

Sebaliknya, banyak dosen di universitas-universitas di luar negeri mengeluhkan minimnya keaktifan mahasiswa Indonesia dalam bertanya atau berpendapat, apalagi berdebat di ruang kuliah. Padahal, justru melalui hal itulah dinamika pencarian ilmu dan proses pencerahan berlangsung. Kalau siswa masih menganggap UN sebagai momok, kalau siswa masih menganggap juara olimpiade sains lebih bergengsi dibandingkan juara lomba drama, bila profesi PNS atau bekerja di perusahaan multi nasional dianggap lebih fancy daripada punya gerai ayam goreng yang dibangun dan dikelola sendiri, rasanya pendidikan kita malah justru mengkerdilkan dan bukan memerdekakan bangsa ini.

Pendidikan seharusnya memberi kemerdekaan untuk menginterpretasikan keinginan, ambisi, dan semangat tanpa dibatasi pakem, bahkan norma. Pendidikan yang memerdekakan seharusnya memberi ruang untuk siswa berani menentukan keputusan sendiri, berkreasi,dan mengambil risiko. Pendidikan yang memerdekakan akan bermuara pada kebangkitan!

Soekarno, Habibie, Gus Dur, Hatta, bukanlah produk dari pendidikan yang kerdil. Mereka beruntung sanggup belajar dari sumber ilmu yang memberi ruang bagi ide-ide absurd dan nyeleneh. Nasionalisme, industri strategis, pluralisme dan ekonomi kerakyatan yaitu buah pendidikan yang memerdekakan siswa didik.

Semakin terbukanya dunia, maka siswa semakin dituntut mempunyai mental eksploratif, kreatif dan kritis. Bagaimana mungkin kita sanggup unggul di tingkat global dan regional, kalau contoh pendidikan kita masih terkukung oleh pendidikan kognitif semata, yang tidak membangkitkan sisi rasa dan humanisme?

Allah SWT bersabda: "Sesungguhnya Aku hendak menyebabkan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka: Apakah Engkau hendak menyebabkan padanya orang yang merusak di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau? Dia berkata: Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kau ketahui." (QS Al Baqarah :30). Tuhan tentu punya misi khusus bagi manusia. Tuhan membuat insan menjadi alat-Nya untuk menyatakan Kuasa-Nya yang masih Dia sembunyikan dalam alam ini. Manusia dibutuhkan sanggup membongkar diam-diam semesta. Rahasia kebesaran Allah SWT. Karena itulah, insan dijadikan "khalifah". Di situlah letak kemuliaan kita sebagai mahluk-Nya.

Dengan prinsip itulah, sekali lagi, harusnya kita sadar bahwa pendidikan yang memerdekakan dan membangkitkan bukanlah pendidikan kerdil yang menghasilkan insan berkarakter Firaun dan berkarakter iblis, yang terus menerus merusak bumi dan isinya. Pendidikan yang memerdekakan dan membangkitkan yaitu pendidikan yang melahirkan para khalifah, para prabu, yaitu manusia-manusia matang dan unggul, bukan manusia-manusia cupu!

Monday, 18 November 2019

Lebih Cendekia Karya Ilmiah Guru “Penerapan Pendidikan Abjad Pada Siswa Dalam Menumbuhkan Langsung Yang Berakhlakul Karimah” Oleh Hj. Nunung Hanurawati, M.Pd

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pemahaman guru terhadap karakteristik penerima didik ini memperlihatkan citra bagi para guru, dari sisi mana potensi penerima didik, kelemahannya sanggup dibantu atau ditumbuhkan dan kelebihan apa yang perlu menerima perhatian untuk dikembangkan. Potensi yaitu kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang.

Potensi penerima didik yaitu kapasitas atau kemampuan dan karakteristik/sifat individu yang bekerjasama dengan sumber daya insan yang mempunyai kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri penerima didik. Setiap penerima didik yaitu individu yang unik. Unik alasannya yaitu mereka mempunyai potensi dan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Moral merupakan aspek sikap atau sikap yang sering ditunjukkan penerima didik dari fatwa wacana baik, jelek yang diterima umum mengenai sebuah respon tindakan atau perbuatan yang dalam perspektif agama sering kita kenal dengan istilah akhlak, kebijaksanaan pekerti, susila. sebagai pola prilaku jelek penerima didik yaitu tidak menghargai guru, membuat onar dikelas, sering ribut dengan teman, suka berantem, mengganggu sahabat ketika sedang belajar, usil dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk bermoral baik, ditunjukkan sikap sopan, jujur, patuh, taat, yang untuk budaya timur ibarat hormat pada yang bau tanah lewat tutur bahasa yang lembut, menghargai nilai adat istiadat sehingga seseorang bisa dinilai bermoral sudah mulai  menunjukkan atau bahkan sudah menjalankan dengan mempunyai pertimbangan baik jelek dalam perbuatannya baik bagi alam, dirinya, dan orang lain.


Seorang guru yaitu panutan dan pola yang realalita kasatmata dilihat dan diperhatikan tingkah lakunya, mulai dari berjalan, bertutur kata, bahkan marahnya pun diperhatikan oleh penerima didik ibarat Akronim GURU tingkah lakunya harus di gugu dan di tiru. Dengan kata lain ke mana dan di manapun kita berada sejatinya guru harus mempunyai kepribadian yang sopan, santun, dan sebisa mungkin dijadikan cermin bagi penerima didiknya.

2. Tujuan

Dengan menerapkan pendidikan aksara pada siswa diharapkan:

Bertingkah laris sesuai dengan usianya, berkepribadian yang menjunjung nilai moral, sopan dan santun, mengasihi dan menghargai teman, menghormati guru, menghormati yang lebih bau tanah dan mengasihi yang lebih muda.

3. Ruang Lingkup Tulisan

Ruang lingkup dalam goresan pena ini dibatasi dalam 3 hal yaitu:

a. Lingkup keluarga

Merupakan wahana pembelajaran dan adaptasi nilai-nilai kebaikan yang dilakukan oleh orang bau tanah dan orang cukup umur lain di keluarga. Sehingga melahirkan anggota keluarga yang berkarakter.

b. Lingkup satuan pendidikan

Merupakan wahana pembinaan dan pengembangan aksara yang dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut:
     Pengintegrasian pada semua mata pelajaran
     Pengembangan budaya sekolah
     Melalui kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler
     Pembiasaan prilaku dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah

B. Tinjauan Pustaka


Menurut Suyatno Pendidikan aksara yaitu cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.

Menurut Kertajaya Pendidikan aksara yaitu ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut yaitu orisinil dan mengakar pada kepribadian benda atau individe tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.

Menurut Thomas Lickona Pendidikan aksara yaitu suatu perjuangan yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia sanggup memahami, memperhatikan, dan melaksanakan nilai-nilai etika yang inti.
Kesimpulan yang di padukan dari para mahir diatas bahwa Pendidikan aksara yaitu suatu perjuangan yang disengaja untuk membantu seseorang dalam membuatkan potensi untuk memahami dirinya sehingga sanggup berfikir  berprilaku, bekerjasama baik dalam lingkup keluarga, bangsa maupun Negara.

C. Tujuan Penelitian

Membentuk kepribadian siswa lebih baik dan berkarakter sehingga sanggup membuatkan potensi dirinya jauh lebih baik dan berahlakul karimah.

D. Metode Penelitian

Pendidikan aksara sanggup dilakukan dengan banyak sekali pendekatan dan sanggup berupa banyak sekali kegiatan yang dilakukan secara intra kurikuler maupun ekstra kurikuler.Kegiatan intra kurikuler terintegrasi ke dalam mata pelajaran, sedangkan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan di luar jam pelajaran.

Strategi dalam pendidikan aksara sanggup dilakukan melalui sikap-sikap sebagai berikut.:   
      
    Keteladanan
    Penanaman kedisiplinan
    Pembiasaan
    Menciptakan suasana yang konduksif

1)   Keteladanan     

Keteladanan mempunyai bantuan yang sangat besar dalam mendidik karakter. Keteladanan guru dalam banyak sekali aktivitasnya akan menjadi cermin siswanya. Oleh alasannya yaitu itu, sosok guru yang bisa diteladani siswa sangat penting. Guru yang suka dan terbiasa membaca dan meneliti, disiplin, ramah, berakhlak contohnya akan menjadi teladan yang baik bagi siswa, demikian juga sebaliknya.

Sebagaimana telah dikemukakan, yang menjadi problem yaitu bagaimana menjadi sosok guru yang bisa diteladani, alasannya yaitu semoga bisa diteladani dibutuhkan banyak sekali upaya semoga seorang guru memenuhi standar kelayakan tertentu sehingga ia memang patut dicontoh siswanya. Memberi pola atau memberi teladan merupakan suatu tindakan yang gampang dilakukan guru, tetapi untuk menjadi pola atau menjadi teladan tidaklah mudah.

Keteladanan lebih mengedepankan aspek sikap dalam bentuk tindakan kasatmata daripada sekedar berbicara tanpa aksi.Apalagi didukung oleh suasana yang memungkinkan anak melakukannya ke arah hal itu.

2) Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan  

Disiplin pada hakikatnya yaitu suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan kiprah kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya berdasarkan aturan-aturan atau tata kelakuan yangseharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu.Realisasinya harus terlihat (menjelma) dalam perbuatan atau tingkah laris yang nyata, yaitu perbuatan tingkah laris yang sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya.
Kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam mendidik karakter.Banyak orang sukses alasannya yaitu menegakkan kedisiplinan.Sebaliknya, banyak upaya membangun sesuatu tidak berhasil alasannya yaitu kurang atau tidak disiplin.Banyak jadwal yang telah ditetapkan tidak sanggup berjalan alasannya yaitu kurang disiplin.

Kita masih sering terlambat alasannya yaitu sering tidak bisa menepati waktu.Oleh alasannya yaitu itu, betapa pentingnya menegakkan disiplin semoga sesuatu yang diinginkan sanggup tercapai dengan sempurna waktu.Dengandemikian, penegakan kedisiplinan merupakan salah satu taktik dalam membangun aksara seseorang. Jika penegakan disiplin sanggup dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, maka lama-kelamaan akan menjadi habit atau kebiasaan yang positif.

Menanamkan prinsip semoga penerima didik mempunyai pendirian yang kokoh merupakan potongan yang sangat penting dari taktik menegakkan disiplin.Dengan demikian, penegakan disiplin sanggup juga diarahkan pada penanaman nasionalisme, cinta taha air, dan lain-lain.
Banyak cara dalam menegakkan kedisiplinan, terutama di sekolah. Misalnya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, guru selalu memanfaatkan pada ketika perjalanan dari sekolah menuju lapangan olahraga, murid diminta berbaris secara rapi dan tertib, sehingga tampak kompak dan menarik bila dibandingkan dengan berjalan sendiri-sendiri. Jika hal ini sanggup dilakukan, makapengguna jalan akan menghormati dan mempersilahkan bejalan lebih dahulu, bahkan sanggup mengurangi resiko keamanan yang tidak diinginkan. Nilai-nilai yang sanggup dipetik antara lain kebersamaan, kekompakan, kerapian, ketertiban, dan lain-lain.

Kegiatan upacara yang dilakukan setiap hari tertentu kemudian dilanjutkan dengan investigasi kebersihan dan potong kuku, pengecekan ketertiban sikap dalam mengikuti upacara sanggup dipakai sebagai upaya penegakan kedisiplinan.

Guru sebagai teladan harus tiba pagi dan tidak terlambat. Begitu tiba di sekolah, guru sudah berdiri di depan pintu dan menyambut bawah umur yang tiba dengan menyalaminya.

3) Pembiasaan

Pembiasaa berbaris sebelum memasuki ruang kelas, berdoa sebelum dan setelah belajar, sepuluh menit gerakan membaca, mengangkat tangan apabila akan bertanya atau meminta izin kebelakang, mentaati tata tertib, meminta maaf apabila melaksanakan kesalahan, bertutur kata dengan sopan yaitu beberapa pola adaptasi yang apabila dilakukan akan berdampak lebih baik dan menunjang pembentukan aksara siswa.

4) Menciptakan suasana kondusif

Dalam proses mencar ilmu mengajar suasana aman yaitu dambaan setiap pendidik, alasannya yaitu akan membuat ketercapaian tujuan mengajar atau mendidik, nilai plus yang akan diterima baik oleh siswa ataupun pendidik, suasana yang nyaman tidak mengakibatkan keonaran, kejenuhan, ataupun tidak termotivasinya siswa untuk mencar ilmu yaitu hal-hal yang harus di luruskan oleh seorang pendidik. Itulah pentingnya penerapan pendidikan aksara yang di masukan pada setiap mata pelajaran semoga pembelajaran menerap pada setiap hati penerima didik yang akan menjadi generasi yang mempunyai aksara yang baik sesuai dengan keinginan agama dan bangsa.

E. Hasil Pembahasan

Pendidikan yaitu suatu perjuangan sadar dan sistematis dalam membuatkan potensi penerima didik. Menurut wikipedia Pendidikan yaitu pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan disini ditujukan kepada siswa sekolah dasar, sebagai bekal kelak supaya berkpribadian baik dan berakhlakul karimah.

Karakter atau watak yaitu sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, kebijaksanaan pekerti, dan watak yang dimiliki insan atau makhluk hidup lainnya. Lebih lengkap lagi aksara yaitu nilai-nilai yang khas, baik watak, budpekerti atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi banyak sekali kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laris dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan Pendidikan Karakter yaitu perjuangan sadar dan berkala untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan penerima didik guna membangun aksara langsung atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara.

Satuan pendidikan bahwasanya selama ini sudah membuatkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk aksara melalui jadwal operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan aksara pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada ketika ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan aksara telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan,Cinta TanahAir,Menghargai Prestasi,  Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai,Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial  Tanggung Jawab, Religius. (Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Nilai dan deskripsinya terdapat dalam Lampiran 1.)

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk aksara bangsa, namun satuan pendidikan sanggup memilih prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis aksara yang dipilih tentu akan sanggup berbeda antara satu kawasan atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara banyak sekali nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya sanggup dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan gampang dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.

Pendidikan aksara yaitu pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakterpada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan aksara yang dirumuskan oleh seorang penggagas pendidikan aksara dari Jerman yang berjulukan FW Foerster:

1.   Pendidikan aksara menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
2.   Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi langsung yang teguh pendirian dan tidak gampang terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
3.   Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan hukum dari luar hingga menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik bisa mengambil keputusan sanggup berdiri diatas kaki sendiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
4.   Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan yaitu daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas kesepakatan yang dipilih.

Pendidikan aksara penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan aksara akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan aksara berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial ibarat toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan aksara akan melahirkan langsung unggul yang tidak hanya mempunyai kemampuan kognitif saja namun mempunyai aksara yang bisa mewujudkan kesuksesan.

F. Kesimpulan dan Saran

Pendidikan aksara hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.

G. Daftar Rujukan

ü Dorothy Law Nolte, Dryden dan Vos, Revolusi Cara Belajar.Terjemahan word Translation service.(Bandung:Kaifa,2000)
ü Heri gunawan, Pendidikan Karakter “konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv.  Alfabeta, 2012)
ü M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban      Bangsa,(Kadipiro Surakarta,2010)
ü Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan model Pendidikan Karakter,(Bandung:    PT Remaja Rosdakarya 2014)

Penulis : Hj. Nunung Hanurawati, M.Pd. (Guru SDN Kebonsari I Cilegon)

Ingin mengirimkan goresan pena karya orisinil Anda untuk dimuat di Cara Mempublikasikan / Menerbitkan Karya Tulis Gratis Secara Online di www.salamedukasi.com

Monday, 25 March 2019

Jadi Cendekia Tumpuan Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Paud Tk Ra


Kompetensi Inti (KI) pada Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai STPP yang harus dimiliki penerima didik PAUD pada usia 6 tahun. Makara Kompetensi Inti merupakan kualitas yang harus dimiliki anak dengan banyak sekali kegiatan pembelajaran melalui bermain yang dilakukan di satuan PAUD.

Kualitas tersebut berisi citra mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Secara terstruktur kompetensi inti dimaksud mencakup:

  • Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
  • Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
  • Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
  • Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Rumusan kualitas masing-masing kompetensi inti yang harus dimiliki penerima didik terurai pada tabel di bawah ini.

Kompetensi Inti
KI-1 Menerima fatwa agama yang dianutnya
KI-2 Memiliki sikap hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan estetis, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, bisa bekerja sama, bisa menyesuaikan diri, jujur, dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik dan/atau pengasuh, dan teman
KI-3 Mengenali diri, keluarga, teman, pendidik dan/atau pengasuh, lingkungan sekitar, teknologi, seni, dan budaya di rumah, daerah bermain dan satuan PAUD dengan cara: mengamati dengan indra (melihat, mendengar, menghidu, merasa, meraba); menanya; mengumpulkan informasi; mengolah informasi/mengasosiasikan,dan mengkomunikasikan melalui kegiatan bermain
KI-4 Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan,dan dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan, dan karya secara produktif dan kreatif, serta mencerminkan sikap anak berakhlak mulia

Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini berisikan kemampuan dan muatan pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran pada PAUD yang mengacu pada Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dikembangkan menurut pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar acara pengembangan. Dalam merumuskan Kompetensi Dasar juga memperhatikan karakteristik penerima didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu acara pengembangan yang hendak dikembangkan.

Kompetensi Dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

  • Kelompok1:kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1
  • Kelompok 2: kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2
  • Kelompok 3: kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3
  • KelompoK 4: kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

Uraian dari setiap Kompetensi Dasar untuk setiap kompetensi inti ialah sebagai berikut.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
KI-1. Menerima fatwa agama yang dianutnya
  1. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya
  2. Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan.-2.1.Memiliki sikap yang mencerminkan hidup sehat
KI-2. Memiliki sikap hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan estetis, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, bisa bekerja sama, bisa menyesuaikan diri, jujur, dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik dan/atau pengasuh, dan teman
  1. Memiliki sikap yang mencerminkan hidup sehat
  2. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap ingin tahu
  3. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap kreatif
  4. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap estetis
  5. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap percaya diri
  6. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap taat terhadap hukum sehari-hari untuk melatih kedisiplinan
  7. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar saat orang lain berbicara) untuk melatih kedisiplinan
  8. Memiliki sikap yang mencerminkan kemandirian
  9. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap peduli dan mau membantu kalau diminta bantuannya
  10. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap kerjasama
  11. Memiliki sikap yang sanggup menyesuaikan diri
  12. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap jujur
  13. Memiliki sikap yang mencerminkan sikap santun kepada orang tua, pendidik dan/atau pengasuh, dan teman
KI-3. Mengenali diri, keluarga, teman, pendidik dan/atau pengasuh, lingkungan sekitar, teknologi, seni, dan budaya di rumah, daerah bermain dan satuan PAUD dengan cara: mengamati dengan indra (melihat, mendengar, menghidu, merasa, meraba); menanya; mengumpulkan informasi; mengolah informasi/mengasosiasikan,dan mengkomunikasikan melalui kegiatan bermain.
  1. Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari
  2. Mengenal sikap baik sebagai cerminan etika mulia
  3. Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya untuk pengembangan motorik bernafsu dan motorik halus
  4. Mengetahui cara hidup sehat
  5. Mengetahui cara memecahkan duduk masalah sehari-hari dan berperilaku kreatif
  6. Mengenal benda -benda disekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya)
  7. Mengenal lingkungan sosial (keluarga, teman, daerah tinggal, daerah ibadah, budaya, transportasi)
  8. Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batu-batuan, dll)
  9. Mengenal teknologi sederhana (peralatan rumah tangga, peralatan bermain, peralatan pertukangan, dll)
  10. Memahami bahasa reseptif (menyimak dan membaca)
  11. Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara mulut dan non verbal)
  12. Mengenal keaksaraan awal melalui bermain
  13. Mengenal emosi diri dan orang lain
  14. Mengenali kebutuhan, keinginan, dan minat diri
  15. Mengenal banyak sekali karya dan acara seni
KI-4. Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan,dan dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan, dan karya secara produktif dan kreatif, serta mencerminkan sikap anak berakhlak mulia
  1. Melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan tuntunan orang dewasa
  2. Menunjukkan sikap santun sebagai cerminan etika mulia
  3. Menggunakan anggota badan untuk pengembangan motorik bernafsu dan halus
  4. Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat
  5. Menyelesaikan duduk masalah sehari-hari secara kreatif
  6. Menyampaikan ihwal apa dan bagaimana benda-benda disekitar yang dikenalnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya) melalui banyak sekali hasil karya
  7. Menyajikan banyak sekali karyanya dalam bentuk gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll ihwal lingkungan sosial (keluarga, teman, daerah tinggal, daerah ibadah, budaya, transportasi)
  8. Menyajikan banyak sekali karyanya dalam bentuk gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll ihwal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batu-batuan, dll)
  9. Menggunakan teknologi sederhana (peralatan rumah tangga, peralatan bermain, peralatan pertukangan, dll) untuk menuntaskan kiprah dan kegiatannya
  10. Menunjukkan kemampuan berbahasa reseptif (menyimak dan membaca)
  11. Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara mulut dan non verbal)
  12. Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam banyak sekali bentuk karya
  13. Menunjukkan reaksi emosi diri secara wajar
  14. Mengungkapkan kebutuhan, harapan dan minat diri dengan cara yang tepat
  15. Menunjukkan karya dan acara seni dengan memakai banyak sekali media