Pengajaran keterampilan bahasa dan sastra Indonesia mencakupi keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut selalu berkait satu dengan yang lain. Di antara keterampilan tersebut keterampilan mendengarkan dan keterampilan membaca merupakan keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus diajarkan pada siswa. Keterampilan menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan menulis merupakan syarat untuk berkecimpung dalam banyak sekali macam bidang atau kegiatan. Hal ini mengandung pengertian betapa pentingnya keterampilan dan kemampuan menulis dalam kehidupan sehari-hari.
Tulisan imajinatif yang merupakan goresan pena kreatif, dalam hal ini sanggup berupa cerpen, cerpen, novelet, dan novel. Dalam kajian ini dipilih cerpen sebagai objek penelitian. Pemilihan cerpen sebab cerpen tidak memerlukan waktu yang usang untuk membuatnya sebab bentuknya yang lebih pendek daripada novel, begitu pun untuk membacanya, sehingga cerpen sering disebut bacaan yang sanggup dibaca sekali duduk.
Bahasa yang dipakai dalam cerpen pun memakai bahasa yang sederhana, lebih sederhana jikalau dibandingkan dengan bahasa dalam cerpen yang memiliki arti lebih kompleks, serta berupa pemadatan kata yang di dalamnya menceritakan gagasan, perasaan ataupun pengalaman penulisnya.
Keterampilan menulis cerpen bukanlah sesuatu yang sanggup diajarkan melalui uraian atau klarifikasi semata-mata. Siswa tidak akan memperoleh keterampilan menulis hanya dengan duduk, mendengarkan klarifikasi guru, dan mencatat klarifikasi guru. Keterampilan menulis cerpen sanggup ditingkatkan dengan melaksanakan aktivitas menulis cerpen secara terus-menerus sehingga akan mensugesti hasil dan prestasi siswa dalam menulis cerpen. Hasil dan prestasi sanggup meningkat apabila ada perubahan perilaku dan tingkah laris siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotor.
Tidak sedikit siswa yang mengalami kendala dalam membuatkan keterampilan menulis cerpen. Hal ini juga dialami siswa kelas X MA Al Falah Branta Tinggi Tlanakan Pamekasan, hambatan-hambatan tersebut ialah daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang dipakai dalam menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan memilih tema, dan kurang sanggup membuatkan ide.
Proses berguru mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi pada teori dan pengetahuan semata-mata sehingga keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis kurang sanggup perhatian. Ide, gagasan, pikiran, dan perasaan mereka berlalu begitu saja, tidak diungkapkan khususnya dalam bentuk karya sastra.
Keterampilan menulis cerpen yang diajarkan di sekolah-sekolah selama ini memakai metode konvensional. Peran guru amat lebih banyak didominasi dalam proses pembelajaran. Siswa kurang aktif dan sering kali metode ini mengakibatkan kebosanan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang dihasilkan siswa kurang maksimal.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Download pola skripsi wacana "penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tutor sebaya pada pokok bahasan bilangan bundar dan pecahan" S1. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Prestasi mencar ilmu yang dicapai akseptor didik merupakan citra dari keberhasilan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan seorang guru terkait dengan perencanaan, persiapan, dan ketetapan menentukan model pembelajaran, serta pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan seorang guru dalm memberikan sebuah materi atau materi bimbing akan kuat besar terhadap dan menentukan hasil mencar ilmu serta ketuntasan mencar ilmu akseptor didik dalam suatu bidang studi atau materi pokok tertentu.
Hasil mencar ilmu bersifat kuantitatif dan kualitatif. Hasil mencar ilmu yang bersifat kuantitatif sanggup dilihat dari niali hasil mencar ilmu yang berupa angka-angka. Sedangkan hasil mencar ilmu yang bersifat kualitatif sanggup dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada akseptor didik. Perubahan-perubahan itu sanggup berupa perubahan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ketuntasan mencar ilmu merupakan kemampuan akseptor didik dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya pada suatu bidang studi atau materi pokok tertentu. Salah satu indikator ketuntasan mencar ilmu ini sanggup dilihat dari hasil mencar ilmu sebagaimana terurai diatas.
Betapapun keterampilan seorang guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di dalam kelas sangat kuat terhadap pencapaian hasil mencar ilmu atau prestasi mencar ilmu siswa. Guru yang dipandang sebagai biro modernisasi dan penemuan dalam segala bidang, perjuangan utama yang sanggup dilakukan ialah melalui aktivitas pendidikan di sekolah untuk mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya insan yang berkualitas dan berdaya guna bagi pengembangan masyarakat.
Peran penting guru dalam pencapaian tujuan pendidikan merupakan tuntutan tersendiri bagi diri dan profesinya untuk mempunyai kemampuan dan keterampilan yang memadai. Termasuk di dalamnya kemampuan menguasai dan keterampilan memakai aneka macam seni administrasi dan metode pembelajaran dalam proses mencar ilmu mengajar.
Guru yang kaya dan menguasai aneka macam seni administrasi dan pembelajaran akan lebih memungkinkan bagi dirinya untuk mendesain dan membuat suasana pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Pembelajaran yang kreatif dan inovatif pada gilirannnya akan membuat siswa nyaman dan bahagia dalam belajar, sehingga mencar ilmu menjadi tidak jenuh. Dalam pendidikan, seorang siswa dipandang sebagai titik sentra proses belajar.
Siswa sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator mencar ilmu siswa, membantu dan menunjukkan akomodasi semoga siswa mendapat pengalaman mencar ilmu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya sehingga terjadilah suatu interaksi aktif antar guru dengan siswa.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Contoh skripsi tantang "metode guide note taking dan prediction guide pada pokok bahasan lingkaran" Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
1. Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran ialah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam mencar ilmu bagaimana mencar ilmu memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. pembelajaran matematika ialah suatu proses yang diselengarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika (Junaidi, 2010: 1).
Pembelajaran ialah upaya untuk membuat iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat dan kebutuhan penerima didik yang bermacam-macam semoga terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa lain. Trianto (2009: 15) menyebutkan bahwa pembelajaran ialah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa bagaimana mencar ilmu memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Proses pembelajaran terjadi apabila ada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lain. Dengan melaksanakan pembelajaran siswa diperlukan sanggup mengalami perubahan tingkah laris contohnya dari tidak bisa menjadi bisa bahkan sanggup menambah pengetahuan bernalarnya dan kemampuan berpikir kritis.
Matematika mempunyai ciri-ciri penting yaitu mempunyai objek yang abnormal dan mempunyai contoh pikir yang deduktif maksudnya kebenaran suatu konsep matematika atau pernyataan yang diperoleh sebagai jawaban logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. hakekat matematika ialah ide, struktur dan korelasi yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prisip dan keterampilan.
Pembelajaran matematika di sekolah diadaptasi dengan kekhasan dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan berpikir siswa. Pembelajaran matematika di sekolah mencakup 3 aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Pengukuran ketiga aspek ini dilakukan secara serempak, terus menerus dan berkesinambungan sehingga siswa menguasai konsep dasar. Hal ini merupakan kiprah dari seorang guru.
Dari uraian-uraian di atas maka, pembelajaran matematika ialah proses interaksi guru dengan siswa serta siswa dengan siswa lain untuk memperoleh dan memperoses pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga sanggup mengalami perubahan sikap dan tingkah laris demi tercapainya hasil mencar ilmu matematika sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Hasil Belajar Hasil Belajar ialah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2012: 5). Menurut pemikiran Gagne (Suprijono,2012: 5), hasil mencar ilmu adalah:
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik verbal maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsanngan spesifik.
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang atau kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan berbagi prinsip-prinsip keilmuan.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan kegiatan kognitifnya sendiri atau kemampuan yang mencakup penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melaksanakan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
Sikap ialah kemampuan mendapatkan atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut atau kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standart perilaku.
Menurut Bloom (Suprijono, 2012: 6), hasil mencar ilmu ialah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif ialah pengetahuan, pemahaman, menerapkan, menguraikan, merencanakan dan menilai. Afektif ialah sikap menerima, memperlihatkan respons, nilai, organisasi dan karakterisasi. Psikomotor ialah keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.
Sementara berdasarkan lindgren (Suprijono, 2012: 7). hasil pembelajaran mencakup kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Jadi, hasil mencar ilmu ialah perubahan sikap secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprensif.
3. Tujuan Pembelajaran Matematika Tujuan pembelajaran matematika ialah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistimatis dan mempunyai sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Junaidi, 2010: 1).
Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika menyerupai yang tertuang dalam Standar Isi (SI) Mata Pelajaran Matematika untuk semua satuan pendidikan Dasar dan Menengah adalah:
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan sempurna dalam pemecahan masalah.
Menggunakan budi sehat pada contoh dan sifat, melaksanakan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Memecahkan problem yang mencakup kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menuntaskan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Wardhani, 2008: 8)
4. Komponen Pembelajaran Matematika Proses mencar ilmu mengajar matematika yang lebih dikenal dengan istilah pembelajaran matematika merupakan suatu sistem kerja yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu dengan lainnya sehingga tujuan tercapai.
Adapun proses pembelajaran matematika mengandung sejumlah komponen yang meliputi: 1) tujuan, 2) materi pelajaran, 3) kegiatan mencar ilmu mengajar, 4) metode, 5) alat dan sumber, serta 6) penilaian (Djamarah & Zain, 2010: 41)
Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah: a. Tujuan Tujuan ialah suatu harapan yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dalam hal ini ialah tujuan pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran ini ialah komponen yang sanggup menghipnotis komponen pembelajaran lainnya.
b. Bahan Pelajaran Bahan pelajaran ialah substansi yang akan disampaikan dalam proses mencar ilmu mengajar. Tanpa materi pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan. Bahan pelajaran ini terdiri dari materi pelajaran pokok dan materi pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok ialah materi pelajaran yang menyangkut bidang studi atau mata pelajaran yang dipegang oleh guru sesuai dengan disiplin keilmuaannya. Dalam hal ini ialah materi pelajaran matematika. Sedangkan materi pelajaran komplemen ialah wawasan keilmuwan yang menunjang penyampaian materi pelajaran pokok.
c. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan mencar ilmu mengajar ialah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini akan melibatkan semua komponen pengajaran. Selain itu, proses pembelajaran akan memilih sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan sanggup tercapai.
d. Metode Metode ialah suatu cara yang diperguanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, metode dieperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sehabis proses pembelajaran selesai.
e. Alat Alat ialah segala sesuatu yang sanggup dipakai dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang sanggup dipakai dalam mencapai tujuan pembelajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah perjuangan mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
f. Sumber Pelajaran Sumber pelajaran ialah sesuatu yang sanggup dipergunakan sebagai kawasan di mana materi pelajaran berada atau asal untuk mencar ilmu seseorang. Dengan demikian sumber pelajaran itu merupakan materi atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal gres bagi pebelajar.
g. Evaluasi Evaluasi ialah suatu tindakan atau suatu proses memilih nilai dari sesuatu dalam hal ini ialah hasil mencar ilmu siswa sehabis proses pembelajaran.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Skripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 wacana sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kualitas insan Indonesia yaitu insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut tidak lepas dari persoalan-persoalan bagaimana seorang pendidik memberikan ilmu pengetahuan dan perjuangan menawarkan bimbingan kepada anak biar sanggup menimbulkan kemauan berguru khususnya pelajaran matematika. Sejalan dengan hal ini pemerintah senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan penyempurnaan kurikulum, penyediaan buku-buku bermutu, dan peningkatan profesionalisme guru melalui pelatihan-pelatihan maupun studi lanjut. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan yang masih dirasa kurang.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil berguru siswa diantaranya ialah faktor guru dan metode pembelajaran yang digunakan. Sampai dikala ini masih banyak guru dalam pembelajaran hanya memberikan pengetahuan (transfer of knowledge) kepada anak didiknya saja. Sedangkan anak didik hanya mendapatkan apa yang disampaikan gurunya itu sendiri. Siswa diposisikan sebagai orang yang tidak tahu, yang hanya menunggu yang guru berikan. Hal ini cenderung menciptakan siswa pasif sehingga pelajaran menjadi membosankan, siswa kurang mandiri, tidak berani mengungkapkan pendapatnya, selalu meminta sumbangan guru, dan kurang gigih dalam penyelesaian permasalahan.
Selama ini kita melihat kenyataan bahwa matematika pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi anak dan salah satu pembelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa. Kesulitan ini tidak hanya pada bahan saja akan tetapi juga mungkin disebabkan penggunaan metode mengajar yang kurang tepat. Untuk itu guru dalam mengajar matematika dituntut memakai metode yang sesuai. Selain keterlibatan siswa secara aktif dalam berfikir dan kemampuan memecahkan masalah yang merupakan tujuan dari pembelajaran matematika. Oleh lantaran itu guru matematika perlu menyebarkan banyak sekali metode pelajaran matematika, biar pelajaran matematika tidak lagi dipandang sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan.
Dalam kurikulum 2006 dituntut keaktifan siswa dalam belajar. Proses pembelajaran tidak didominasi oleh guru tetapi siswa ikut aktif didalamnya. Salah satu taktik pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif ialah pembelajaran yang memakai pendekatan konstruktivis. Pendekatan semacam ini memperlakukan siswa sebagai subjek yang aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif dikenal adanya beberapa macam tipe diantaranya tipe STAD (Student Team Achievement Division), tipe GI (Group Investigation), tipe Jigsaw, dan pendekatan struktural.
Didalam pembelajaran matematika banyak cara yang diperoleh dari pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Sebagai teladan dalam bahan sistem persamaan linear dua variabel, dimana nantinya siswa sanggup menyatakan permasalahan yang ada dalam bentuk soal kisah menjadi model matematika dan memilih penyelesaiannya. Sehingga siswa menemukan sendiri hasil selesai yang diperoleh sebagai tanggapan selesai dari permasalahan tersebut.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Skripsi "Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika". Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Matematika. Pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan sumber daya insan (SDM) yang berkualitas. Untuk mewujudkan SDM yang berkualitas maka tidak terlepas dari pendidikan, yang di dalamnya terdapat suatu sistem pembelajaran.
Pembelajaran ialah proses interaksi baik antara insan dengan insan ataupun antara insan dengan lingkungan. Proses interaksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Misalnya yang bekerjasama dengan tujuan perkembangan kognitif, afektif atau psikomotor yang kaitannya dengan meningkatkan aspek pengetahuan.
Dalam periode global kini ini dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, sebagai warga Indonesia dihentikan ketinggalan zaman dengan datangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan ilmu yang sangat luas sekali dan bisa dipakai diberbagai bidang, menyerupai di bidang teknologi gosip dan komunikasi.
Matematika diperkenalkan dan diajarkan semenjak di kursi SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan Sekolah Menengan Atas (Sekolah Menengah Atas). Sedangkan untuk memperdalaminya mengenai matematika harus menempuhnya di kursi kuliah. Dengan mempelajari matematika diperlukan sanggup berfikir secara logis, analitis, dan sistematis sehingga dibutuhkan latihan yang konsisten dan efektif untuk memenuhi hal tersebut.
Siswa menganggap bahwa matematika sulit dipahami alasannya ialah banyak memakai rumus-rumus, ditambah lagi alasannya ialah pendekatan yang dilakukan guru matematika tidak sesuai dengan karakteristik bahan yang disampaikan, sehingga membuat mereka tidak mengerti dengan bahan tersebut. Maka dari itu sebagai guru matematika semoga siswa tertarik dan bahagia dengan pelajaran matematika, sebagai guru hendaknya memakai suatu strategi/pendekatan selama acara pembelajaran berlangsung, asalkan penggunaan strategi/ pendekatan ini diubahsuaikan dengan bahan yang akan diajarkan kepada siswa.
Terkadang apabila siswa mengalami kesulitan dalam bahan pelajaran, kebanyakan dari mereka aib untuk bertanya kepada gurunya, atau waktu pelajaran sudah habis, dan lain sebagainya. Maka dari itu biasanya siswa akan bertanya kepada sobat yang dianggap bisa untuk mengatasi dilema bahan pelajaran yang dimaksud. Dari dilema inilah, seorang guru dalam acara berguru mengajar di kelas bisa memakai model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2007: 41) pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih gampang menemukan dan memahami konsep yang sulit jikalau mereka saling berdiskusi dengan temannya.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja membuat interaksi yang saling menyayangi antar sesama siswa (Nurhadi, 2003 : 60). Dalam pembentukan kelas kooperatif ini, siswa berguru dengan sobat kelompoknya yang heterogen, dari segi kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras yang berbeda. Antar sobat kelompok saling membantu sehingga bahan yang dipelajari akan tuntas dan setiap anggota dalam kelompok memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi dari model ini, antara lain tipe jigsaw. Model pembelajararan kooperatif tipe jigsaw siswa ikut aktif dalam acara berguru mengajar, alasannya ialah dalam tipe jigsaw ini setiap anggota dalam kelompoknya memiliki tanggung jawab masing - masing, mereka sehabis dibuat menjadi kelompok asal, kemudian dibentuklah kelompok andal untuk mempelajari suatu bahan pelajaran yang telah dibagikan oleh gurunya.
Setelah kelompok andal membahas bahan pelajaran mereka kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan kembali kepada anggota kelompok mengenai bahan yang telah dipelajari di kelompok ahli. Setelah itu guru menawarkan kuis kepada masing - masing siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai bahan yang telah dipelajari.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Di dalam acara proses berguru mengajar, guru matematika bisa memakai model pembelajaran yang bisa menciptakan siswa ikut aktif di dalam acara proses berguru mengajar dan juga merasa tertarik dengan pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang bisa dipakai oleh guru yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Dalam penerapan jigsaw ini, siswa dibagi dalam bentuk kelompok dengan 4 atau 5 anggota kelompok berguru yang heterogen. Mulai dari tingkat kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras yang berbeda. Materi pelajaran diberikan dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari penggalan tertentu materi yang diberikan itu.
Anggota dari kelompok lain yang menerima kiprah topik yang sama berkumpul dan berdiskusi mengenai topik tersebut, kelompok ini disebut kelompok ahli. Selanjutnya anggota kelompok hebat kembali ke kelompok asal, dan mengajarkan kembali apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada sobat kelompok asal. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, masing - masing siswa dikenai kuis mengenai materi yang telah dipelajari.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).
Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi - bagi menjadi beberapa sub bab.
Setiap anggota kelompok membaca sub penggalan yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub penggalan yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok hebat untuk mendiskusikannya.
Setiap anggota kelompok hebat sehabis kembali ke kelompoknya bertugas mengajar sobat - temannya.
Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa - siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
Penghargaan kelompok, Guru memberikan penghargaan kepada salah satu kelompok yang nilainya lebih tinggi dari kelompok yang lain.
Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki kekerabatan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki kekerabatan antara siswa normal dan siswa penyandang cacat. Davidson (1991) memberikan sejumlah implikasi aktual dalam berguru matematika dengan memakai model berguru kooperatif, yaitu sebagai berikut:
Kelompok kecil memberikan santunan sosial untuk berguru matematika.
Kelompok kecil memperlihatkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa dalam matematika
Masalah matematika idealnya cocok untuk diskusi kelompok, lantaran mempunyai solusi yang sanggup didemonstrasikan secara objektif
Siswa dalam kelompok sanggup membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan mekanisme perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.
Kelemahan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Prinsip utama contoh pembelajaran ini ialah “peer teaching”, pembelajaran oleh sobat sendiri, ini akan menjadi hambatan lantaran perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan di diskusiskan bersama dengan siswa lain.
Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk bisa berdiskusi memberikan meteri pada teman, bila siswa tidak punya rasa percaya diri.
Rekod siswa perihal nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup usang untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
Awal penggunaan model ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik
Upaya Mengatasi Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ialah sebagai berikut :
Guru menunjukan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat dan terperinci disertai dengan aplikasinya
Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.
Guru harus lebih bersahabat terhadap muridnya biar sanggup mengetahui kemampuan masing-masing siswanya
Guru harus sanggup mengatur waktu untuk memakai model pembelajaran tipe jigsaw tersebut.
Referensi : Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Malang : YP2LPM 1984 Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Maling : Universitas Negeri Malang 2003
Contoh skripsi "perbandingan hasil berguru siswa yang diajar memakai taktik think-talk-write (ttw) dengan diajar memakai taktik pembelajaran ekspositori pada bahan pokok garis singgung lingkaran" Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Berbagai macam taktik pembelajaran yang salah satunya ialah taktik Think-Talk-Write (TTW). Strategi ini diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin (1996: 82) intinya dibangun melalui melalui berfikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan taktik Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri sehabis proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi wangsit (sharing) dengan temannya sebelum menulis(Martinis Yamin 2009 : 13).
Selain itu pembelajaran dengan taktik Think-Talk-Write (TTW) sanggup melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk goresan pena secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami bahan dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.
Selain taktik Think-Talk-Write (TTW) terdapat pula taktik pembelajaran ekspositori yang mungkin sudah biasa diterapkan oleh guru-guru dalam proses pembelajaran khususnya pada pelajaran matematika, dengan taktik ini guru dituntut untuk menceritakan apa yang akan disampaikan pada siswa sedetil-detilnya. Sehingga siswa sanggup memahami apa yang disampaikan guru secara menyeluruh.
Roy Killen (1998) menamakan taktik ekspositori dengan istilah taktik pembelajaran pribadi (direct instruction), alasannya ialah dalam taktik strategi ini bahan pelajaran disampaikan pribadi oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan bahan itu. Materi pelajaran seakan akan-sudah jadi. Oleh alasannya ialah taktik ekspositori lebih menekankan pada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah taktik “chalk and talk”(Sanjaya Wina, 2006:179). Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan suatu model pembelajaran harus diubahsuaikan dengan bahan yang akan disampaikan oleh seorang guru.
Ada beberapa bahan pada pembelajaran matematika yang sesuai dengan penggunaan taktik Think-Talk-Write (TTW) dan taktik pembelajaran ekspositori salah satunya ialah bahan Garis Singgung Lingkaran yang konsepnya begitu kompleks sehingga siswa kadang kesulitan untuk mempelajari, memahaminya dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memakai taktik Think-Talk-Write (TTW) atau dengan taktik pembelajaran ekspositori sanggup membantu siswa dalam mendapat pemahaman yang besar lengan berkuasa pada bahan garis singggung lingkaran, terutama pada bahan garis singgung bulat yang soalnya bersifat kontesktual.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori.Strategi pembelajaran ekspositori yaitu taktik pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian bahan secara mulut dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud biar siswa sanggup menguasai bahan pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Hal ini dikarenakan guru memegang kiprah yang sangat dominan. Guru memberikan bahan pembelajaran secara terstruktur dengan impian bahan tersebut dikuasai siswa dengan baik.
Karakteristik taktik pembelajaran ekspositori ada tiga. Pertama, taktik ekspositori dilakukan dengan cara memberikan bahan pelajaran secara verbal. Kedua, biasanya bahan pelajaran yang disampaikan yaitu bahan pelajaran yang sudah jadi, menyerupai data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran yaitu penguasaan bahan pelajaran itu sendiri. Artinya, sesudah proses pembelajaran berakhir siswa diperlukan sanggup memahaminya dengan benar dengan cara mengungkapkan kembali bahan yang telah diuraikan.
Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Dalam penggunaan taktik pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :
Berorientasi pada Tujuan
Sebelum penerapan strategi, guru terlebih dahulu merumuskan tujuan pembelajaran secara terang dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laris yang sanggup diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, alasannya tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan taktik pembelajaran.
Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran sanggup dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau kelompok orang (penerima pesan). Dalam proses komunikasi, guru berfungsi sebagai penyampai pesan dan siswa berfungsi sebagai peserta pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif, manakala pesan itu sanggup dengan gampang ditangkap oleh peserta pesan secara utuh; dan sebaliknya, system komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala peserta pesan tidak sanggup setiap pesan yang disampaikan. Sehingga, guru harus berupaya untuk menghilangkan gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi.
Prinsip Kesiapan
Setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah mempunyai kesiapan, begitu pun sebaliknya. Agar siswa sanggup mendapatkan isu sebagai stimulus yang guru berikan, terlebih dahulu harus memposisikan siswa dalam keadaan baik secara fisik maupun psikis untuk mendapatkan pelajaran. Jangan mulai menyajikan bahan pelajaran manakala siswa belum siap untuk menerimanya.
Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus sanggup mendorong siswa untuk mau mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada ketika itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
Menurut Sanjaya (2006: 185) ada 5 langkah penerapan taktik ekspositori yaitu :
Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk mendapatkan pelajaran. Langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting, alasannya keberhasilan taktik ekspositori bergantung pada tahap persiapan ini. Hal ini bertujuan untuk mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif, membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa, dan membuat suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka. Beberapa hal bisa dilakukan dalam tahapan ini menyerupai memperlihatkan sugesti aktual dan menghindari sugesti negatif, memulai dengan mengemukakan tujuan yang ingin dicapai, serta membuka file dalam otak siswa.
Penyajian (Presentation)
Langkah ini berupa penyampaian bahan sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Dalam hal ini peranan komunikasi sangat penting, biar bahan pelajaran sanggup dengan gampang ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh alasannya itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu penggunaan bahasa, intonasi suara, kontak mata dengan siswa, serta penggunaan joke-joke yang menyegarkan.
Menghubungkan (Correlation)
Langkah relasi yaitu menghubungkan bahan pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa sanggup menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya. Langkah relasi dilakukan untuk memperlihatkan makna terhadap mata pelajaran, baik makna untuk memperbaiki maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan yaitu tahapan untuk memahami inti(core) dari bahan pelajaran yang telah disajikan. Tahap ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pertama, mengulang kembali inti-inti bahan yang menjadi pokok persoalan. Kedua, memperlihatkan pertanyaan yang relevan dengan bahan yang disajikan. Ketiga, dengan cara maping melalui pemetaan keterkaitan antar pokok-pokok materi.
Penerapan (Aplication)
Langkah aplikasi yaitu langkah unjuk kemampuan siswa sesudah mereka menyimak klarifikasi guru, sehingga guru sanggup mengumpulkan isu ihwal penguasaan dan pemahaman bahan oleh siswa. Teknik yang bisa dipakai menyerupai membuat kiprah yang relevan dengan bahan yang telah disajikan, atau dengan memperlihatkan tes yang sesuai dengan bahan pelajaran yang telah disajikan.
Keunggulan, Kelemahan
Cara Mengatasi Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori. Adapun keunggulan-keunggulan taktik pembelajaran ekspositori sebagai berikut:
Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan bahan pembelajaran.
Sangat efektif apabila bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk berguru terbatas.
Siswa sanggup mendengar melalui penuturan (kuliah) ihwal suatu bahan pelajaran dan sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demontrasi)
Dapat dipakai untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Disamping mempunyai keunggulan taktik pembelajaran ekspositori juga mempunyai kelemahan, diantaranya:
Hanya sanggup dilakukan terhadap siswa yang mempunyai kemampuan mendengarkan menyimak secara baik.
Strategi ini tidak sanggup melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
Karena taktik ini lebih banyak diberikan melalui ceramah. Maka akan sulit menyebarkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, relasi interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
Keberhasilan taktik pembelajaran sangat tergantung kepada apa yang dimiliki oleh guru, menyerupai persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, komunikasi, dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu proses pembelajaran tidak akan berhasil.
Gaya komunikasi taktik pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one–way–communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan pembelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu, pula komunikasi satu arah bisa menjadikan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Dalam upaya menanggulangi kelemahan-kelemahan yang ada pada taktik pembelajaran ekspositori terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:
Guru harus benar-benar mempersiapkan terhadap isi dari bahan yang akan dibahas serta siswa juga dalam keadaan siap untuk mendapatkan bahan yang akan guru sampaikan.
Guru harus bisa memotivasi siswa untuk ulet dalam belajar
Bahasa yang dipakai oleh guru harus komunikatif dengan intonasi bunyi yang baik
Guru harus pandai-pandai dalam mengelola kelas
Pandanglah siswa satu persatu dan jangan biarkan pandangan siswa pada hal diluar pelajaran.
Referensi : Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Ciputat: Gaung Persada Press 2009 Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta 2008
Pengertian Guide Note Taking. Silberman (2012: 123) menguraikan bahwa guide note taking ialah metode pembelajaran dimana Anda menyediakan formulir atau lembar yang telah dipersiapkan. Lembar ini menginstruksikan siswa untuk menciptakan catatan sewaktu Anda mengajar. Gerak fisik yang minimal menyerupai ini pun akan melibatkan siswa ketimbang jikalau kita sekedar menyediakan buku pegangan yang lengkap. Ada bermacam metode untuk menciptakan catatan secara terarah. Yang paling sederhana di antaranya ialah mengisi bagian-bagian yang kosong.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Zaini, dkk (2008: 32) yang menyatakan dalam taktik ini, sebagai pengajar, Anda menyiapkan suatu skema atau skema atau yang lain yang sanggup membantu penerima didik dalam menciptakan catatan-catatan ketika Anda memberikan materi pelajaran. Ada banyak bentuk atau contoh yang sanggup dikerjakan untuk taktik ini, salah satunya dan yang paling sederhana ialah mengisi titik-titik.
Sedangkan Suprijono (2012: 105) menyatakan bahwa metode pembelajaran yang memakai suatu bagan, skema (handout) sebagai media yang sanggup membantu siswa dalam menciptakan catatan ketika seorang guru sedang memberikan pelajaran dengan metode ceramah. Tujuan Metode pembelajaran guided note taking ialah semoga metode ceramah yang dikembangkan oleh guru menerima perhatian siswa, terutama pada kelas yang jumlah siswanya cukup banyak.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas sanggup disimpulkan bahwa metode guide note taking ialah metode pembelajaran yang fungsinya mengarahkan siswa menciptakan catatan yang sistematis terhadap pembelajaran yang sedang dihadapi dengan cara mengisi kepingan yang kosong dari bagan, skema, formulir atau bentuk lainnya yang telah disiapkan guru.
Manfaat Metode Guide Note Taking
Siswa dikondisikan dalam perilaku mencari (aktif) bukan sekedar mendapatkan (reaktif).
Membuat siswa tertarik untuk mendapatkan info atau menguasai keterampilan guna menuntaskan kiprah yang diberikan kepada mereka. (Silberman, 2012: 116)
Dapat dikembangkan untuk mengetahui stock of knowledge penerima didik.
Membuat metode ceramah yang dibawakan guru menerima perhatian siswa.
Membuat penerima didik tetap berkonsentrasi dari awal hingga tamat pembelajaran (Suprijono, 2012: 105)
Membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Langkah - Langkah Guide Note Taking
Langkah-langkah guide note taking berdasarkan Silberman (2012: 123) ialah guru menyiapkan catatan yang memuat perihal keseluruhan materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh penerima didik. Beberapa kepingan yang penting dari catatan tersebut sengaja dikosongkan. Selanjutnya, sebelum pelajaran berlangsung lembar catatan tersebut dibagikan kepada penerima didik dan dijelaskan bahwa ada beberapa catatan yang sengaja dikosongkan dan harus diisi siswa ketika guru memberikan materi dengan metode ceramah.
Adapun langkah – langkah pembelajaran metode Guide Note Taking menurut (Agus Suprijono, 2012: 105) ialah sebagai berikut :
Memberi materi didik contohnya berupa handout kepada siswa
Materi didik disampaikan dengan metode ceramah.
Mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong dalam handout tersebut, contohnya dengan mengosongkan istilah atau definisi atau bisa dengan cara menghilangkan beberapa kata kunci.
Menjelaskan kepada penerima didik bahwa kepingan yang kosong dalam handout memang sengaja dibentuk semoga mereka tetap berkonsentrasi mengikuti pembelajaran.
Selama penyampaian materi berlangsung penerima didik diminta mengisi bagian-bagian yang kosong.
Setelah penyampaian materi dengan ceramah selesai, mintalah kepada penerima didik membacakan handoutnya.
Dari beberapa pendapat mengenai langkah-langkah guide note taking diatas, maka sanggup disimpulkan sebagai berikut:
Pendahuluan > menyiapkan catatan yang memuat perihal keseluruhan materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh penerima didik dan beberapa kepingan yang penting dari catatan tersebut sengaja dikosongkan.
Kegiatan Inti Tahap I : Membagikan lembar catatan tersebut kepada penerima didik. Tahap II : Menjelaskan bahwa ada beberapa catatan yang sengaja dikosongkan dan harus diisi siswa ketika guru menjelaskan materi tersebut. Tahap III : Menyampaikan materi dengan metode ceramah.
Penutup > Setelah penyampaian materi dengan ceramah selesai, mintalah kepada penerima didik membacakan lembar catatannya.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Guide Note Taking.
Keunggulan-keunggulan taktik guided note taking berdasarkan (Zainal Mutaqien. 2009: 1) ialah sebagai berikut:
Metode pembelajaran ini cocok untuk kelas besar dan kecil.
Metode pembelajaran ini sanggup dipakai sebelum, selama berlangsung, atau sesuai acara pembelajaran.
Metode pembelajaran ini cukup mempunyai kegunaan untuk materi pengantar.
Metode pembelajaran ini sangat cocok untuk materi-materi yang mengandung fakta-fakta, sila-sila, rukun-rukun atau prinsip-prinsip dan definisi-definisi.
Metode pembelajaran ini gampang dipakai ketika penerima didik harus mempelajari materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif.
Metode pembelajaran ini cocok untuk memulai pembelajaran sehingga penerima didik akan terfokus perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan dikembangkan dan yang berafiliasi dengan mata pelajaran untuk lalu dikembangkan menjadi konsep atau skema pemikiran yang lebih ringkas.
Metode pembelajaran ini sanggup dipakai beberapa kali untuk merangkum bab-bab yang berbeda
Metode pembelajaran ini cocok untuk menggantikan ringkasan yang bersifat naratif atau goresan pena naratif yang panjang.
Metode pembelajaran ini sanggup dimanfaatkan untuk menilai kecenderungan seseorang terhadap suatu info tertentu
Metode pembelajaran ini memungkinkan siswa berguru lebih aktif, alasannya ialah menunjukkan kesempatan membuatkan diri, fokus pada handout dan materi ceramah serta diperlukan bisa memecahkan duduk kasus sendiri dengan menemukan (discovery) dan bekerja sendiri.
Di samping mempunyai kelebihan, taktik guided note taking juga mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:
Jika guide note taking dipakai sebagai metode pembelajaran pada setiap materi pelajaran, maka guru akan sulit mengontrol acara dan keberhasilan siswa.
Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
Kadang-kadang sulit dalam pelaksanaan alasannya ialah guru harus mempersiapkan handout atau perencanaan terlebih dahulu, dengan memilah kepingan atau materi mana yang harus dikosongkan dan pertimbangan kesesuaian materi dengan kesiapan siswa untuk berguru dengan metode pembelajaran tersebut.
Guru-guru yang sudah terlanjur memakai metode pembelajaran usang sulit mengikuti keadaan pada metode pembelajaran baru.
Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang telah ditetapkan.
Biaya untuk penggandaan hand-out bagi sebagian guru masih dirasakan mahal dan kurang ekonomis.
Tujuan Pembelajaran dengan Metode Guide Note Taking pada Tiap Ranah Kognitif
Telah diketahui bersama bahwa salah satu kelebihan dari metode guide note taking ialah gampang dipakai ketika penerima didik harus mempelajari materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif. Adapun tujuan pembelajaran dengen metode guide note taking pada tiap ranah kognitif ialah sebagai berikut:
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang bersifat teoritis.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis duduk kasus dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir secara holistik atau menyeluruh dari suatu materi pembelajaran.
Meningkatkan kemampuan siswa untuk menelaah permasalahan sebelum mengambil suatu keputusan.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. (Wahyuningsih, 2011: 18-20).
Referensi : Djamarah Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Silberman, Melvin L. 2012. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Edisi Revisi). Bandung: Nuansa.
Contoh skripsi "peningkatan hasil berguru siswa melalui metode talking stick pada bahan pokok sistem persamaan linear". Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Pada awal mulanya matematika dipandang sebagai suatu pelajaran yang sulit dalam dunia pendidikan, namun intinya matematika sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari -hari, sebagaimana yang dikemukakan oleh Turmudi (2010: 2) bahwa : “Dari pandangan yang semula matematika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang ketat dan terstruktur secara rapi kepandangan bahwa matematika ialah acara kehidupan manusia”.
Hal ini kuat terhadap cara memperolehnya, yaitu dari penyampaian rumus–rumus, definisi, aturan, hukum, konsep, prosedur, dan algoritma, menjadi penyampaian konsep–konsep matematika melalui konteks yang bermakna dan mempunyai kegunaan bagi siswa maupun bagi kehidupan pada umumnya.
Menurut Sukmadinata (2011: 24) “Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara penerima didik dengan para pendidik serta banyak sekali sumber pendidikan”. Oleh lantaran itu dalam pendidikan, yang sangat kuat ialah guru, lantaran guru mempunyai peranan untuk membuatkan kreatifitas berfikir yang sanggup meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta sanggup meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan gres sebagai peningkatkan penguasaan yang baik terhadap bahan pembelajaran.
Oleh lantaran itu guru harus memahami hakikat bahan pelajaran yang di ajarkannya sebagai suatu pelajaran yang sanggup membuatkan kemampuan berfikir siswa dan memahami banyak sekali metode pembelajaran yang sanggup merangsang kemampuan siswa untuk berguru dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Berdasarkan pengamatan yang sudah didapat peneliti terhadap proses pembelajaran di Sekolah Menengan Atas Negeri 3 Pamekasan, proses berguru mengajar di kelas masih kurang variatif. Guru lebih sering memakai metode konvensional atau hanya memakai metode tertentu, salah satunya memakai metode ceramah namun siswa kurang berperan aktif. Sesekali pernah diadakan metode diskusi untuk meningkatkan keaktifan berguru siswa namun mereka kurang serius dan tidak semua siswa berperan pada ketika kegiatan diskusi.
Situasi ini terlihat dari kondisi siswa di dalam kelas pada ketika proses kegiatan berguru mengajar (KBM), 70% siswa mengabaikan pelajaran ketika proses KBM berlangsung diantaranya siswa lebih suka berbicara dan bercanda dengan sahabat yang berada di bersahabat mereka. Semua itu disebabkan oleh kejenuhan siswa dan kekurang mengertian siswa terhadap bahan pelajaran yang berlangsung, khususnya pelajaran matematika. Untuk mengatasi kejenuhan tersebut, peneliti mencoba menerapkan metode Talking Stick.
Metode Talking Stick sanggup mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam Talking Stick, guru tidak menerangkan/menjelaskan suatu bahan namum siswa diminta untuk mempelajari sendiri suatu bahan dengan waktu yang ditetapkan oleh guru. Kemudian guru menciptakan sebuah permainan, dimana dalam permainan itu ada pertanyaan yang diwajibkan siswa menjawab pertanyaan itu. Maka dari itu siswa harus sudah siap dengan bahan tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas X di Sekolah Menengan Atas Negeri 3 Pamekasan, diperoleh gosip bahwa siswa kelas X IPA 3 mengalami kesulitan pada bahan Sistem Persaman Linear khususnya pada submateri Penyelesaian Sistem Persamaan Linear. Pada bahan Sistem Persamaan linear ini 23 siswa dari 38 siswa memperoleh nilai kurang dari 70, baik dari nilai kiprah sehari-hari maupun nilai ulangan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil bahan Sistem Persamaan Linear dalam penelitian.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Skripsi "pengaruh taktik berguru peta konsep (concept mapping) terhadap prestasi berguru matematika pada pokok bahasan kekerabatan dan fungsi kelas" Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. Matematika yaitu suatu ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep ajaib yang diberi simbol-simbol dan tersususn secara hierarkis serta penalarannya memakai taktik deduktif (Ratumanan, 2002 : 3). Dalam berguru matematika penerima didik dituntut melaksanakan kegiatan mental yang tinggi dan dituntut untuk aktif supaya proses berguru mengajar sanggup tercapai secara maksimal.
Selama ini kita melihat kenyataan bahwa matematika pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi anak dan salah satu pembelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa. Kesulitan ini tidak hanya disebabkan yang dianggap sulit oleh siswa akan tetapi juga mungkin disebabkan penggunaan taktik mengajar yang kurang tepat. Dalam proses pembelajaran matematika guru lebih banyak menerapkan pembelajaran konvensional. Menurut Sudjana (2004) pembelajaran konvensional yaitu suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru, pembelajaran ini bersifat umum, yaitu dengan cara memperlihatkan gosip wacana bahan suatu mata pelajaran yang diikuti dengan tanya jawab dan derma tugas.
Putrayasa (dalam Rasana, 2009) menyatakan, penerapan pembelajaran konvensional ditandai dengan penyajian pengalaman yang ada kaitannya dengan konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan derma gosip oleh guru, tanya jawab, derma kiprah oleh guru, pelaksanaan kiprah oleh siswa hingga padaakhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan sanggup dimengerti oleh siswa. Menurut Burrownes (dalam Santyasa, 2005), pembelajaran konvensional didasarkan atas perkiraan bahwa pengetahuan sanggup dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dari pengertian tersebut sanggup dikatakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered), guru sebagai sumber informasi, sehingga kegiatan siswa dalam pembelajaran kurang optimal. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
Faktanya ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa senantiasa menjadi pendengar setia kurang ada respon dari siswa. Jika hal tersebut tidak dicari pemecahannya maka akan menjadikan rasa bosan bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika dan menjadikan rendahnya prestasi berguru matematika siswa.
Kondisi fisik MTs Mitahul Ulum sudah memenuhi syarat dan layak sebagai forum pendidikan, sarana dan prasarananya sudah mumpuni walaupun tidak selengkap di sekolah-sekolh Negeri pada umumnya. Pada ketika pembelajaran guru masih memakai model pembelajaran yang dalam Implementasinya guru memberikan bahan pokok bahasan dan siswa mendengarkan serta menulis apa yang telah disampaikan oleh guru. Secara teoritis pembelajaran ibarat ini kurang menciptakan siswa aktif sehingga siswa terkadang berbicara sendiri dan tidak mendengarkan pada ketika guru menyampikan bahan pelajaran. Oleh alasannya yaitu itu prestasi berguru siswa kurang optimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu diupayakan penemuan dalam pembelajaran matematika, contohnya dengan menerapkan taktik pembelajaran yang lebih inovatif. Salah satu taktik pembelajaran yang sanggup diterapkan yaitu taktik pembelajaran concept mapping tipe pohon jaringan (network tree). Martin (dalam Trianto, 2009) menyebutkan, taktik concept mapping yaitu ilustrasi grafis nyata yang menghubungkan sebuah konsep tunggal dengan konsep-konsep lain yang berkaitan. Menurut Suparno (2011) taktik pembelajaran concept mapping atau peta konsep yaitu suatu taktik pembelajaran untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu materi.
Dengan menciptakan sendiri peta konsep siswa sanggup melihat bidang bahan didik itu lebih jelas, dan mempelajarinya lebih bermakna.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, sanggup dikatakan bahwa taktik pembelajaran concept mapping yaitu ilustrasi grafis nyata yang menggambarkan korelasi sebuah konsep dengan konsep lainnya pada kategori yang sama dengan tujuan memperjelas bahan yang diajarkan dan mempelajari bahan tersebut lebih bermakna.
Pengertian Metode Prediction Guide. Zaini, dkk (2008: 4) menguraikan bahwa prediction guide yakni taktik yang dipakai untuk melibatkan penerima didik di dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal hingga selesai selama penyampaian bahan penerima didik dituntut untuk mencocokkan prediksi-prediksi mereka dengan bahan yang disampaikan oleh guru.
Sedangkan Suprijono (2012: 111) menguraikan bahwa prediction guide yakni metode tebak pelajaran yang dikembangkan untuk menarik perhatian siswa selama mengikuti pembelajaran.
Langkah-langkah Metode Prediction Guide
Langkah-langkah prediction guide berdasarkan Zaini, dkk (2008: 4) yakni sebagai berikut:
Tentukan topik yang akan guru sampaikan.
Bagi penerima didik ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Guru meminta penerima didik untuk menebak apa saja yang kira-kira mereka dapatkan dalam bahan ini.
Peserta didik diminta untuk menciptakan perkiraan-perkiraan itu di dalam kelompok kecil.
Sampaikan bahan secara interaktif.
Selama proses pembelajaran, penerima didik diminta untuk mengidentifikasi prediksi mereka yang sesuai dengan bahan yang disampaikan.
Di selesai pelajaran, tanyakan berapa prediksi mereka yang mengena.
Sedangkan berdasarkan Suprijono (2012: 111) langkah-langkah prediction guide yakni sebagai berikut:
Tulis atau tayangkan melalui LCD bahan yang akan disampaikan.
Guru meminta kepada siswa untuk menuliskan kata-kata kunci apa saja yang kira-kira muncul dari bahan yang akan disampaikan.
Sampaikan bahan pembelajaran secara interaktif.
Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan bahan yang disampaikan.
Di selesai pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.
Dari beberapa pendapat mengenai langkah-langkah prediction guide diatas, maka sanggup disimpulkan sebagai berikut:
a. Pendahuluan Menyiapkan topik yang memuat ihwal keseluruhan bahan pembelajaran yang harus dikuasai oleh penerima didik.
b. Kegiatan inti Tahap I : membagi penerima didik ke dalam kelompok-kelompok kecil dan penerima didik diminta untuk menciptakan atau menebak perkiraan-perkiraan itu di dalam kelompok kecil. Tahap II : Sampaikan bahan secara interaktif. Tahap III : Selama proses pembelajaran, penerima didik diminta untuk mengidentifikasi prediksi mereka yang sesuai dengan bahan yang disampaikan.
c. Penutup Tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Prediction Guide Kelebihan metode prediction guide berdasarkan (velanatio,2013:1) yakni sebagai berikut:
Metode ini tidak hanya mengajak anak aktif secara fisik tapi juga secara mental.
anak semenjak dini telah terlatih bisa meprediksi dan mencocokkan konsep yang telah mereka alami atau pelajari baik di sekolah maupun di rumah pada waktu dulu atau kini disamping itu.
siswa akan tertantang untuk berfikir dan mengingat-ingat kembali bahan yang disampaikan.
kemudian kita bisa memotivasi siswa untuk berguru di rumah sebelumnya alasannya yakni metode Prediction guide ini menuntut siswa secara aktif dan bisa mengutarakan prediksi- prediksi mereka sehingga mereka bisa antusias untuk menemukan tanggapan masing-masing dari setiap masalah.
Di samping mempunyai kelebihan, taktik prediction guide juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan prediction guide yakni sebagai berikut:
Metode ini guru tidak sanggup secara bebas dalam menerapkanya alasannya yakni dalam taktik ini juga harus memperhatikan bagaimana keadaan siswa pada ketika di dalam kelas.
Ada siswa yang mungkin aktif dan selalu ingin tahu, namun ada juga siswa yang kurang mempunyai keingin tahuan yang besar dan cenderung pasif.
Guru harus memahami karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainya.
Guru harus menumbuhkan semangat berguru para siswanya.
Cara mengatasi kelemahan metode prediction guide yakni sebagai berikut :
Guru harus mengetahui kondisi siswa pada ketika didalam kelas.
Lebih baik dipakai pada kelas unggulan.
Digunakan pada kelas yang siswanya sedikit.
Menggunakan alat peraga atau yang sejenisnya.
Referensi : Djamarah Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Silberman, Melvin L. 2012. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Edisi Revisi). Bandung: Nuansa.
Pengertian Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Makna dasar dari model pembelajaran ini dalam proses mencar ilmu mengajar yakni menyajikan atau mendemonstrasikan materi didepan penerima didik kemudian memperlihatkan kesempatan kepada penerima didik untuk menjelaskan kepada teman-temannya. Jadi, Model Student Facilitator and Explaining yakni rangkai penyajian materi didik yang diawali dengan menjelaskannya dengan didemonstrasikan, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa.
Model Student Facilitator and Explaining dilakukan dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankan sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati. Model ini sanggup dilakukan secara individu atupun secara kelompok. Oleh karenanya, model ini sanggup meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa bahagia dalam mencar ilmu siswa.
Manfaat Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pada pembelajaran memakai metode Student Facilitator and Explaining bermanfaat bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi mencar ilmu yang mempengaruhi keaktifan mencar ilmu siswa yaitu dengan memakai model pembelajaran Student facilitator and explaining. Dengan memakai metode pembelajaran ini sanggup meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa bahagia siswa sanggup terjadi. Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk dipakai pada pembelajaran matematika.
Langkah-langkah Metode Student Facilitator and Explaining (SFAE)
Guru memberikan kompetensi yang ingin dicapai
Guru mendemonstrasikan / menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran
Guru membagi siswa membentuk kelompok dengan sobat sebangkunya
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, contohnya melalui skema / peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
Guru menyimpulkan wangsit / pendapat dari siswa
Guru membuktikan semua materi yang disajikan ketika ini
Penutup. (Suprijono, 2009:128)
D. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Kelebihan
Materi yang disampaikan lebih terang dan konkrit
Dapat meningkatkan daya serap siswa alasannya yakni pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi
Melatih siswa untuk menjadi guru, alasannya yakni siswa diberikan kesempatan untuk mengulangi klarifikasi guru yang telah beliau dengar
Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar.
Mengetahui kemampuan siswa dalam memberikan wangsit atau gagasan.
Kelemahan
Siswa yang aib tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru kepadanya atau banyak siswa yang kurang aktif.
Tidak semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temannya alasannya yakni keterbatasan waktu pembelajaran)
Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil
Tidak gampang bagi siswa untuk menciptakan peta konsep atau membuktikan materi didik secara ringkas
Cara Mengatasi Kelemahan Metode Student Facilitator and Explaining
Merencanakan proses pembelajaran sebaik mungkin serta memperhatikan alokasi waktu dan pembagian waktu pada tiap fasenya
Memilih materi yang cocok sesuai dengan langkah-langkah metode student facilitator and explaining
Guru membuktikan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat dan terang disertai dengan aplikasinya.
Ketika diskusi berlangsung guru menghampiri tiap-tiap kelompok untuk mengontrol hasil diskusi siswa. Sehingga nantinya siswa bisa bertanya kepada guru jikalau ada yang tidak dimengerti.
Referensi : /search?q=model-pembelajaran-student-facilitator_30 Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Malang: Jica. 2003
Kajian Tentang Pembelajaran Ilmu Matematika. Belajar ialah proses dimana tingkah laris ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut pengertian ini, berguru merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Juga sanggup diartikan sebagai suatu keadaan atau suatu acara untuk membuat suatu situasi yang bisa mendorong siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran diharapkan adanya interaksi berguru mengajar antara guru dan siswa. Belajar mengajar sebagai suatu proses perlu direncanakan secara sistematis oleh guru. Untuk merencanakan suatu proses berguru mengajar yang sesuai sehingga sanggup merangsang minat siswa untuk belajar, maka seorang guru harus mempunyai metode berguru yang sempurna dalam mengajar.
Pembelajaran ialah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses berguru siswa, yang berisi serangakaian tragedi yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan menghipnotis terjadinya proses berguru siswa yang bersifat internal. Istilah pembelajaran sering dipahami sama dengan proses berguru mengajar dimana di dalamnya terjadi interaksi guru dan siswa serta antar siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan perilaku dan tingkah laris siswa.
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum mempunyai pengetahuan perihal sesuatu menjadi siswa yang memilki pengetahuan. Dengan demikian proses berguru mengajar bukan hanya berputar pada guru melainkan siswa harus dilibatkan dalam proses berguru mengajar, dimana guru menjadi fasilitator dalam perjuangan membelajarkan siswa.
Matematika ialah pengetahuan perihal daypikir logik dan berafiliasi dengan bilangan. Karena itu matematika sangat diharapkan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap siswa semenjak SD.
Salah satu faktor pendukung berhasilnya proses berguru mengajar matematika ialah menguasai teori berguru matematika yang sanggup diterapkan oleh guru apabila sudah mempunyai metode berguru mengajar yang tepat, sehingga pengajaran yang akan dicapai sanggup diubahsuaikan dengan kemampuan siswa.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran matematika ialah upaya yang dilakukan guru untuk membuat kondisi berguru siswa yang memungkinkan siswa berguru matematika secara optimal.Kondisi yang diciptakan oleh guru dalam pembelajaran diharapkan sanggup merangsang minat berguru siswa dalam mencari pengalaman berguru matematika yang menyenangkan, sehingga mempermudah siswa dalam memahami konsep matematika.
Adapun tujuan dari pembelajaran matematika ialah :
Mempersiapkan siswa semoga sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang.
Mempersiapkan siswa semoga sanggup memakai matematika dan contoh pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari banyak sekali ilmu pengetahuan.
Pengertian Pembelajaran Matematika. Pembelajaran matematika yaitu salah satu mata pelajaran yang tidak lepas dari soal-soal yang harus diselesaikan. Upaya yang dilakukan guru untuk membuat suasana berguru yang menyenangkan yang sanggup merangsang minat berguru siswa, Sehingga mempermudah siswa dalam memahami konsep matematika serta kesannya sanggup lebih optimal.
Pada kegiatan berguru mengajar, dikenal adanya tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan panduan dari dua acara mengajar dan acara belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi serasi antara berguru dan mengajar. Jalinan komunikasi ini menjadi indikator suatu acara atau proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik. Dengan demikian tujuan pembelajaran yaitu tujuan dari suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan berguru mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mencakup dua hal, yaitu:
Mempersiapkan siswa biar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
Mempersiapkan siswa biar sanggup memakai matematika dan contoh pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari aneka macam ilmu pengetahuan.
Setiap mata pelajaran mempunyai tujuan pembelajaran tertentu sesuai dengan tingkatan dan jenjangnya masing-masing. Begitupun matematika juga mempunyai tujuan pelajaran sesuai dengan tingkatannya. Adapun tujuan dari pembelajaran matematika yaitu agar:
Siswa mempunyai pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi
Siswa mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan matematika pendidikan dasar untuk sanggup dipakai dalam kehidupan yang lebih luas (di dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-hari
Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta mempunyai perilaku menghargai kegunaan matematika, perilaku kritis, logis, objektif, terbuka, kreatif, serta inovatif
Siswa mempunyai kemampuan yang sanggup dialihgunakan (transferable) melalui kegiatan matematika di SMA.
Aspek-Aspek Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika merupakan suatu sistem yang terdiri atas aneka macam komponen yang saling bekerjasama dan mempengaruhi. Komponen tersebut yaitu guru, siswa, tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Makara sanggup disimpulkan bahwa komponen pembelajaran merupakan kumpulan dari beberapa item yang saling berhungan satu sama lain yang terpenting dalam proses berguru dan mengajar. Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkait dengan proses pembelajaran :
Tujuan : Tujuan pembelajaran tidak terlepas dari tuntutan zaman dan kebutuhan. Hal ini dikarenakan bahwa pendekatan dirancang sedemikian rupa, guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Selain itu, tujuan pembelajaran bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kurikulum : Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna untuk mencapai suatu tingkatan. Kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan mahasiswa, tetapi juga segala sesuatu yang besar lengan berkuasa terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Guru : Guru memegang peranan penting dalam kegiatan berguru mengajar. Karena mereka yaitu salah satu pembentuk siswa yang berkarakter dan berakhlak mulia. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang sanggup memfasilitasi kegiatan berguru siswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Siswa : Siswa atau murid biasanya dipakai bagi seseorang yang mengikuti suatu agenda pendidikan di sekolah atau di forum tertentu di bawah bimbingan guru. Meskipun demikian, siswa bukan sebagai objek berguru yang tidak tau apa-apa, alasannya yaitu ia mempunyai latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda.
Metode : Metode pembelajaran yaitu cara yang sanggup dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar biar berjalan dengan baik.
Materi : Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan denga memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang merupakan sentral. Dalam pemilihan materi harus benar-benar sanggup memperlihatkan kecakapan dalam memecahkan problem kehidupan sehari-hari.
Alat / media pembelajaran : Media merupakan alat, benda atau seperangkat komponen yang sanggup dipakai sebagai sarana dalam memberikan informasi, pesan atau alat yang dipakai untuk berkomunikasi, sehingga gosip tersebut sanggup diterima dengan baik oleh penerima. Oleh alasannya yaitu itu, media sangat berperan dalam mempermudah pekerjaan manusia.
Evaluasi : Kemampuan dalam mempertimbangkan nilai untuk maksud tertentu menurut kriteria internal dan eksternal. Evaluasi hendaknya dilaksanakan secara komprehensif, obyektif, kooperatif, dan afektif yang hendaknya berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran. Contohnya menilai hasil karya orang lain, mengapresiasikan hasil karya seni, dan membuat justifikasi suatu fenomena yang terjadi dilingkungan sosial.(Syarifatul Laily)
Referensi : Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Malang: Jica 2003
Motivasi sanggup diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang sanggup menjadikan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
A. INDIKATOR
Durasi kegiatan
Frekuensi kegiatan
Persistensi pada kegiatan
Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan
Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan aktivitas yang dilakukan
Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari aktivitas yang dilakukan
Arah sikap terhadap target kegiatan.
B. FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI
Faktor instrinsik atau faktor dari dalam diri insan yang disebabkan oleh dorongan atan keinginan akan kebutuhan belajar, harapan, dan cita-cita.
Faktor ekstrinsik juga mempengaruhi dalam motivasi belajar. Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan, lingkungan berguru yang menyenangkan, dan aktivitas berguru yang menarik.
C. TEORI Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), menyerupai : rasa lapar, haus, istirahat.
Kebutuhan rasa kondusif (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam banyak sekali simbol-simbol status; dan
Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk menyebarkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga menjelma kemampuan nyata.
Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) Dari McClelland dikenal ihwal teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. tiga ciri umum yaitu:
Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul lantaran upaya-upaya mereka sendiri, dan
Menginginkan umpan balik ihwal keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG) Existence, Relatedness , Growth
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya
Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan
Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
D. BELAJAR
Gage mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses perubahan prilaku
Cronbach mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
Harold Spears menyampaikan bahwa: learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Geoch, menegaskan bahwa: "learning is a change in performance as result of practice.
E. PARADIGMA BARU BELAJAR Dalam paradigma gres pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk mengubah sikap siswa, tetapi membentuk aksara dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya yaitu pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran, tapi menjadi pembelajar sepanjang hayat (long life learners)
F. MOTIVASI BELAJAR Ada empat katagori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu:
Motivasi intrinsik (siswa berguru lantaran tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan),
Motivasi instrumental (siswa berguru lantaran akan mendapatkan konsekuensi: reward atau punishment)
Motivasi sosial (siswa berguru lantaran pandangan gres dan gagasannya ingin dihargai), dan
Motivasi prestasi (siswa berguru lantaran ingin memperlihatkan kepada orang lain bahwa beliau bisa melaksanakan kiprah yang diberikan oleh gurunya).
G. STRATEGI Strategi dan metoda pembelajarannya yaitu mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai perjuangan berguru siswa dengan proses enquiry & discovery learning.
H. KENAPA PAIKEM Paikem merupakan model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya.
Proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb)
Proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman berguru mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, obrolan atau melalui simulasi role-play)
Proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali ihwal kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan)
Proses Eksplorasi (siswa mengalami eksklusif dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).
I. TEKNIK-TEKNIK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
Memberikan penghargaan dengan memakai kata-kata, menyerupai ucapan manis sekali, hebat, dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata (verbal) ini mengandung makna yang positif lantaran akan menjadikan interaksi dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri
Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk berguru lebih giat. Dengan mengetahui hasi yang diperoleh dalam berguru maka siswa akan termotivasi untuk berguru lebih ulet lagi
Menumbuhkan dan menjadikan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa ingin tahu sanggup ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tiba-tiba
Mengadakan permainan dan memakai simulasi. Mengemas pembelajaran dengan membuat suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan sanggup melibatkan afektif dan psikomotorik siswa. Proses pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang disampaikan
Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya yaitu guru menawarkan kiprah dalam setiap aktivitas yang dilakukan, dimana siswa dalam melaksanakan tugasnya tidak berhubungan dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa akan sanggup membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya
Memberikan referensi yang positif, artinya dalam menawarkan pekerjaan kepada siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya lainnya
Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan bahagia mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
J. INDIKATOR KEBERHASILAN
Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar
Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar
Suatu taktik pembelajaran yang dibutuhkan sanggup menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa yakni taktik think-talk-write (TTW). Strategi yang dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Dari pengertian di atas, taktik think-talk-write (TTW) bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, komunikasi secara verbal dan komunikasi secara tulisan. Alur kemajuan taktik ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri sehabis proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi wangsit (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana tersebut lebih efektif kalau dilakukan dalam bentuk kelompok yang heterogen.
Seperti telah diurai, taktik think-talk-write (TTW) bertumpu pada tiga fase yakni berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Dalam setiap fase, acara siswa diarahkan biar sesuai dengan apa yang diharapkan.
Fase Berpikir (Think)
Aktivitas berpikir sanggup dilihat dari proses membaca suatu teks Matematika atau berisi dongeng Matematika kemudian menciptakan catatan apa yang telah dibaca. Membaca, secara umum dianggap sebagai berpikir, mencakup membaca baris demi baris (reading the lines) atau membaca yang penting saja (reading between the lines). Begitu pun dengan menulis. Dalam menciptakan atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan wangsit yang disajikan dalam teks bacaan kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Belajar rutin membuat/ menulis catatan sehabis membaca merangsang acara berpikir sebelum, selama, dan sehabis membaca.
Fase Berbicara (Talk)
Fase berbicara yaitu berkomunikasi dengan memakai kata-kata dan bahasa yang siswa pahami. Dalam Matematika fase “Talk” penting. Hal ini dikarenakan:
Apakah itu tulisan, gambaran, isyarat, atau percakapan merupakan perantara ungkapan Matematika sebagai bahasa manusia,
Pemahaman matematik dibangun melalui interaksi dan konversasi (percakapan) antara sesama individual yang merupakan acara sosial yang bermakna,
Cara utama partisipasi komunikasi dalam Matematika yakni melalui “Talk”,
Pembentukan wangsit (forming ideas) melalui proses talking,
Internalisasi wangsit (internalizing ideas),
Meningkatkan dan menilai kualitas berpikir. Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam berguru Matematika, sehingga sanggup mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.
Fase Menulis (Write)
Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, alasannya yakni sehabis berdiskusi atau berdialog antar sahabat dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam Matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa ihwal bahan yang ia pelajari. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam menciptakan hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Guru juga sanggup memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap wangsit yang sama. Peranan dan kiprah guru dalam perjuangan mengefektifkan penggunaan taktik think-talk-write ini yakni :
mengajukan pertanyaan dan kiprah yang mendatangkan keterlibatan, dan menantang siswa berpikir
mendengar secara hati-hati wangsit siswa
menyuruh siswa mengemukakan wangsit secara verbal dan tulisan
memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi
memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-persoalan, memakai model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan
memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan tetapkan kapan dan bagaimana mendorong siswa untuk berpartisipasi.
Menurut Martinis dan Bansu (2009: 90), langkah-langkah pembelajaran dengan taktik TTW yakni :
Guru membagi teks bacaan berupa Lembar Kerja Siswa yang memuat situasi perkara yang bersifat open ended dan petunjuk serta mekanisme pelaksanaannya.
Siswa membaca teks dan menciptakan catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke lembaga diskusi (think).
Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan sahabat untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai perantara lingkungan belajar.
Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kerja sama (write).
Kelebihan, Kekurangan dan Usaha Meminimalisir Kekurangan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW), Setiap taktik pembelajaran tidak ada yang sempurna. Pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan taktik think-talk-write (TTW).
Kelebihan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Mengajarkan siswa menjadi lebih percaya diri pada kemampuannya dalam berpikir, berbicara, dan menulis.
Meningkatkan keterampilan berpikir, berbicara, dan menulis siswa.
Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan wangsit temannya.
Membantu siswa berguru menghormati siswa yang pandai dan siswa yang lemah serta mendapatkan perbedaan tersebut.
Strategi think-talk-write (TTW) merupakan taktik efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal konkret antara satu siswa dengan siswa yang lain.
Mendorong siswa yang lemah untuk tetap aktif dalam proses pembelajaran.
Dapat menawarkan kesempatan pada siswa berguru keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.
Menghargai wangsit orang lain yang di rasa lebih benar.
Saling melengkapi kekurangan sesama sahabat dalam satu kelompok ataupun antar kelompok.
Kekurangan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Beberapa siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide, alasannya yakni takut di nilai temannya dalam kelompok
Waktu guru banyak tersita untuk mensosialisasikan kepada siswa berguru dengan memakai taktik think-talk-write (TTW).
Sulit membentuk kelompok yang solid yang sanggup bekerja sama dengan harmonis.
Usaha Untuk Meminimalisir Kekurangan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Siswa diajak untuk mengeluarkan pendapat walaupun salah, harus dihargai dihentikan di fonis ndeso dan sebagainya.
Dengan cara memberi kiprah Lomba Kompetensi Siswa berstruktur sehingga guru tdak perlu terlalu banyak berbicara, waktu yang ada untuk membimbing siswa yang menerima kesulitan.
Kelompok dibuat menurut kelompok heterogen (kelompok tinggi, sedang, dan rendah) dibutuhkan siswa yang bisa menjadi tutor sebaya dalam kelompok tersebut.