Showing posts sorted by relevance for query inilah-media-pembelajaran-yang-bisa. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query inilah-media-pembelajaran-yang-bisa. Sort by date Show all posts

Thursday, 31 January 2019

Jadi Cerdik Inilah Media Pembelajaran Yang Dapat Anda Coba Di Sekolah / Madrasah


Agar penyampaian materi kepada penerima didik sanggup diterima baik dan menarik, tidak cukup hanya memanfaatkan pendengaran saja, yaitu penyampaiannya hanya dengan metode ceramah atau dengan kalimat-kalimat lisan saja. Tetapi sebaiknya juga memanfaatkan alat peraga yang bisa dinikmati oleh indera penglihatan.

Ada beberapa macam media pembelajaran berupa alat bantu yang sangat simpel dan umumnya tersedia dikelas, yang bisa menciptakan suatu kegiatan pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Yaitu sesudah berakhirnya pembelajaran menghasilkan perubahan tingkah laris atau hasil perbuatan yang memberi petunjuk bahwa suatu proses mencar ilmu telah berlangsung. Atau pernyataan-pernyataan perihal apa yang harus dilakukan penerima didik atau perihal tingkah laris yang bagaimana yang diperlukan dari penerima didik sesudah ia menuntaskan pembelajaran tertentu.

Namun hal-hal yang idealis diatas tadi kemungkinan tidak akan tercapai apabila cara penyampaiannya tidak tepat. Meskipun materi pelajaran menarik minat bagi penerima didik atau situasi dan lingkungan sangat mendukung semuanya bisa saja menemui kegagalan apabila cara penyampaiannya materi pelajaran tidak menarik. Sangat berbagai cara-cara penyampaian materi pelajaran supaya sanggup diterima dan diingat dengan baik oleh penerima didik.Salah satu cara yang sangat efektif ialah pamakaian alat bantu media pembelajaran.

Mangapa kita harus memakai alat bantu pembelajaran?

Menurut penyelidikan para hebat , daya serap panca indera seseorang tidaklah sama, sebagai berikut :

  1. Penciuman: 1 %
  2. Perasa : 2,5 %
  3. Peraba : 3,5 %
  4. Pendengaran: 11 %
  5. Penglihatan: 82 %

Dari data tersebut diatas bisa kita lihat bagaimana peranan masing-masing kelima indera insan didalam membantu proses seseorang untuk belajar. Dan kemampuan mendapatkan pesan yang paling tinggi ialah pendengaran dan penglihatan, Darisitu bisa ditarik kesimpulan apabila penyampaian materi lebih banyak memanfatakan indera penglihatan akan memperoleh hasil yang pa;ing tinggi. Dan apabila jika bisa memanfaatkan indera penglihatan dan dipadu dengan pendengaran secara berbarengan hasilnya tentu akan lebih maksimal lagi.

Pengertian Media Pembelajaran


Media pembelajaran: ialah segala sesuatu yang sanggup dipakai untuk memberikan pesan atau informasi dalam proses mencar ilmu mengajar sehingga sanggup merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran


  1. Memberi fasilitas kepada penerima didik untuk memahami materi pelajaran
  2. Memberikan pengalaman mencar ilmu yang berbeda dan bervariasi
  3. Menumbuhkan perilaku dan keterampilan dalam penggunaan teknologi
  4. Menciptakan situasi mencar ilmu yang tidak gampang dilupakan

Fungsi media pembelajaran


  1. Menciptakan situasi pembelajaran yang efektif
  2. Bagian integral dari keseluruhan situasi pembelajaran
  3. Meletakkan dasar-dasar yan kongkrit dan konsep yang aneh sehingga sanggup mengurangi verbalisme
  4. Membangkitkan motivasi belajar
  5. Mempertinggi mutu pembelajaran

Manfaat media pembelajaran


  1. memperlancar proses interaksi
  2. penyampaian materi pelajaran sanggup diseragamkan
  3. proses pembelajaran menjadi menarik
  4. proses pembelajaran menjadi iteraktif
  5. jumlah waktu pembelajaran sanggup dikurangi
  6. kualitas mencar ilmu siswa sanggup ditingkatkan
  7. proses mencar ilmu sanggup terjadi dimana dan kapan saja
  8. meningkatkan perilaku positif siswa
  9. peran guru lebih positif dan produktif
  10. mengatasi keterbatasan ruang
  11. menimbulkan pengalaman sama

Prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran


  1. Berdasarkan tujuan pembelajaran.
  2. Sesuai karakteristik penerima didik.
  3. Sesuai dengan kemampuan guru/dosen.
  4. Sesuai dengan situasi kondisi, waktu dan tempat.
  5. Sesuai dengan karakteristik media pembelajaran.
  6. Sesuai dengan ketersediaan media pembelajaran.

Prinsip umum penggunaan media


  1. media tidak sanggup 100 % menggantikan tugas guru
  2. perlu persiapan yang matang: ( siswa, guru, alat/program, tempat)
  3. pertimbangkan mutu media : (handal, sistem, spesipikasi, praktis, keselamatan/ keamanan)
  4. media harus terperinci dan menarik
  5. ketersediaan media
  6. pertimbangkan waktu yang ada

Jenis- jenis media pembelajaran


  1. Media visual dua dimensi tidak transparan
  2. Media visual dua dimensi yang transparan
  3. Media visual tiga dimensi
  4. Media Audio
  5. Media Audio–Visual
  6. Multimedia

1. Media visual bukan transparasi

  • grafik
  • chart atau bagan
  • Peta
  • Diagram
  • Poster
  • Karikatur
  • komik
  • gambar
  • photo
  • buku, majalah,
  • diktat, makalah dll

2. Media visual dua dimensi transparan

  • film slide
  • Ohp/oht
  • Film strip
  • Micro film

3. Media visual 3 dimensi

  • benda sesungguhnya
  • model
  • diorama
  • mock up
  • specimen

4. Media audio

  • radio
  • audio tape recorder
  • alat musik modern / tradisional
  • cd player
  • ph
  • sound system
  • telephone / hp

5. Media audio visual

  • television
  • video system
  • sinema/ film
  • computer

6. Multimedia

  • film/ tv / vcd/
  • radio
  • musik
  • e- mail, e- learning
  • media cetak/ berita
  • telecomprence

KESIMPULAN
Pemakaian media pembelajaran perlu adanya pengebangan media pengajaran, adapun berdasarkan arief s. Sadiman, mengemukakan urutan-urutan dalam pengembangan aktivitas media sebagai berikut :

  1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
  2. merusmuskan tujuan instruksional secara operasional dan jelas.
  3. menemukan butir-butir materi secara terperinci yang sanggup mendukung terciptanya tujuan.
  4. mengembangkan alat ukur keberhasilan.
  5. menulis naskah media.
  6. mengadakan tes dan revisi..

Sunday, 24 March 2019

Jadi Arif Tugas Guru Sebagai Sumber Belajar, Fasilitator Dan Demonstrastor


Seperti yang telah dijelaskan dimuka, guru dalam proses pembelajaran mempunyai kiprah yang sangat penting. Bagaimanapun hebatnya kemajuan tek-nologi, kiprah guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang konon sanggup me-mudahkan insan mencari dan mendapat gosip dan pengetahuan, ti-dak mungkin bisa mengganti kiprah guru.

Lalu apa kiprah guru dalam kondisi demikian? Beberapa kiprah guru khusunya dalam proses pembelajaran di dalam kelas dijelaskan dibawah ini:

a. Guru sebagai Sumber Belajar


Peran guru sebagai sumber belajar, merupakan kiprah yang sangat pen-ting. Peran sebagai sumber mencar ilmu berkaitan akrab dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari pengu-asaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia sanggup mengu-asai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber mencar ilmu bagi anak didiknya.

Apapun yang ditanyakan siswa sekaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan sanggup menjawab dengan penuh keyakinan. Sebaliknya dikatakan guru yang kurang baik mana-kala ia tidak paham wacana materi yang diajarkannya. Ketidak pahaman ten-tang materi pelajaran biasanya ditunjukkan oleh perilaku-perilaku tertentu contohnya teknik penyampaian materi pelajaran yang monoton, ia lebih sering duduk di dingklik sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melaksanakan kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi dan lain sebagainya. Perilaku guru yang demikian sanggup menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan kelas.

Sebagai sumber mencar ilmu dalam proses pembelajaran hendaknya guru melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru harus mempunyai materi rujukan yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini untuk menjaga semoga guru mempunyai pemahaman yang lebih baik wacana materi yang akan dikaji bersama siswa. Dalam perkem-bangan teknologi gosip yang sangat cepat, bisa terjadi siswa lebih ”pintar” dibandingkan guru dalam hal penguasaan informasi. Oleh alasannya ialah itu, untuk menjaga semoga guru tidak ketinggalan informasi, sebaiknya guru mempunyai bahan-bahan reference yang lebih banyak dibandingkan siswa. Misalnya melacak bahan-bahan dari internet, atau dari materi cetak terbit-an terakhir, atau banyak sekali gosip dari media masa.

2. Guru sanggup memperlihatkan sumber mencar ilmu yang sanggup dipelajari oleh siswa yang biasanya mempunyai kecepatan mencar ilmu di atas rata-rata siswa yang lain. Siswa yang demikian perlu diberikan perlakuan khusus, contohnya dengan memperlihatkan materi pengayaan dengan memperlihatkan sumber mencar ilmu yang berkenaan dengan materi pelajaran.

3. Guru perlu melaksanakan pemetaan wacana materi pelajaran, contohnya dengan memilih mana materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi aksesori mana materi yang harus diingat kembali lantaran pernah di bahas dan lain sebagainya. Malalui pemetaan semacam ini akan memu-dahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar.

baca juga:
Peran Guru sebagai Evaluator
Peran Guru sebagai Pengelola Pembelajaran

b. Guru sebagai Fasilitator


Sebagai fasilitator guru berperan dalam memperlihatkan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam acara proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran dimulai sering guru bertanya: bagaimana caranya semoga ia gampang menyajikan materi pelajaran? Pertanyaan tersebut sekilas memang ada benar-nya. Melalui perjuangan yang sungguh-sungguh guru ingin semoga ia gampang menya-jikan materi pelajaran dengan baik. Namun demikian, pertanyaan tersebut memperlihatkan bahwa proses pembelajaran berorientasi pada guru.

Oleh alasannya ialah itu akan lebih manis manakala pertanyaan tersebut diarahkan pada siswa, mi-salnya apa yang harus dilakukan semoga siswa gampang mempelajari materi pela-jaran sehingga tujuan mencar ilmu tercapai secara optimal. Pertanyaan tersebut me-ngandung makna, kalau tujuan mengajar ialah mempermudah siswa belajar. Inilah hakikat kiprah fasilitator dalam proses pembelajaran.

Agar sanggup melaksanakan kiprah sebagai fasilitator dalam proses pembe-lajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang ber-hubungan dengan pemanfaatan banyak sekali media dan sumber pembelajaran.

  1. Guru perlu memahami banyak sekali jenis media dan sumber mencar ilmu beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman akan fungsi media sa-ngat diperlukan, belum tentu suatu media cocok dipakai untuk menga-jarkan semua materi pelajaran. Setiap media mempunyai karakteristik yang berbeda.
  2. Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media. Ke-mampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang ha-rus dimiliki oleh seorang guru profesional. Dengan perancangan media yang dianggap cocok akan memudahkan proses pembelajaran, sehingga pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.
  3. Guru dituntut untuk bisa mengorganisasikan banyak sekali jenis media ser-ta sanggup memanfaatkan banyak sekali sumber belajar. Perkembangan teknolo-gi infomasi menuntut setiap guru untuk sanggup mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Berbagai perkembangan teknologi gosip memung-kinkan setiap guru sanggup memakai banyak sekali pilihan media yang dianggap cocok.
  4. Sebagai fasilitator guru dituntut semoga mempunyai kemampuan dalam berko-munikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemam-puan berkomunikasi secara efektif sanggup memudahkan siswa menangkap pesan sehingga sanggup meningkatkan motivasi mencar ilmu mereka.

baca juga:
Peran Guru sebagai Pembimbing
Peran Guru sebagai Motivator

c. Guru sebagai Demonstrator


Yang dimaksud dengan kiprah guru sebagai demonstrator ialah kiprah untuk mempertunjukkan kepada siswa segala seuatu yang sanggup menciptakan sis-wa lebih mengerti dan memahami setip pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator.

Pertama sebagai demonstrator berarti guru harus memperlihatkan sikap-sikap yang terpuji. Dalam setiap aspek kehidup-an, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilaku-kan guru akan menjadi contoh bagi siswa. Dengan demikian dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa.

Kedua, sebagai demonstrator guru harus sanggup mennujukkan bagaimana caranya semoga setiap materi pelajaran sanggup lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh lantaran itu, sebagai demonstrator akrab kaitannya dengan pengaturan seni administrasi pembelajaran yang lebih efektif.

Monday, 11 February 2019

Jadi Bakir Inilah 5 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Dalam Pembelajaran Paud Tk Ra


Inilah 5 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Dalam Pembelajaran PAUD Taman Kanak-kanak RA. Seperti kita tahu bahwa aktivitas pembelajaran di tingkat PAUD Taman Kanak-kanak atau RA jauh berbeda dengan pembelajaran di jenjang pendidikan yang lebih tinggi alasannya ialah pendidikan anak usia dini merupakan awal berguru mereka yang masih berumur 3-6 tahun, dan tentunya memerlukan pendidik khusus yang pebuh kesabaran dan telaten dalam urusan anak-anak. Karena itu, dalam mempersiapkan pembelajaran pendidik PAUD dan pihak terkait perlu memperhatikan dan memahami 5 hal berikut ini: 1) Karakteristik cara berguru anak usia dini, 2) Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD, 3) Pembelajaran Tematik Terpadu, 4) Pendekatan Saintifik di PAUD, dan 5) Sumber Belajar.

Nah dari 5 poin utama tadi tentu tidak cukup hanya sekedar mengerti dan memahami, tapi juga bisa melaksanakan dan menerapkan ketika pembelajaran anak usia dini. Mari kita tengok bersama rincian dari 5 poin diatas sebagai berikut:

A. Karakteristik cara berguru anak usia dini

1. Anak berguru secara bertahap.
Kegiatan dilakukan secara sedikit demi sedikit mengikuti tahapan perkembangan berpikir akseptor didik.

2. Cara berpikir anak bersifat khas.
Anak berpikir secara konkret, berpikir dari apa yang ia lakukan, dan menurut imajinasinya.

3. Anak-anak berguru dengan banyak sekali cara.
Mereka menyerap informasi melalui pengalaman nyata yang mereka alami dengan objek, orang, dan aktivitas yang berada di sekitar dengan memanfaatkan alat indera: penciuman, perasa, pendengaran, penglihatan, peraba, bertanya, dan menalar.

4. Anak berguru satu sama lain dalam lingkungan sosial.
Anak berguru dengan menggandakan sikap dan yang ditunjukkan, dan diekspresikan oleh orangtua, pendidik, dan lingkungan sosial (misalnya teman, pengasuh, tetangga, program TV yang ditonton.

5. Anak berguru melalui bermain.
Bermain membantu menyebarkan banyak sekali potensi anak. Melalui bermain anak diajak bereksplorasi, menemukan, dan memanfaatkan objek-objek yang bersahabat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD

1. Belajar melalui bermain
Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang sempurna melalui bermain, sanggup memperlihatkan pembelajaran yang bermakna pada anak.

2. Berorientasi pada perkembangan anak
Pendidik harus bisa menyebarkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak.

3. Berorientasi pada kebutuhan anak
Pendidik harus bisa memberi rangsangan pendidikan atau stimulasi sesuai dengan kebutuhan anak, termasuk bawah umur yang mempunyai kebutuhan khusus.

4. Berpusat pada anak
Pendidik harus membuat suasana yang bisa mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak.

5. Pembelajaran aktif
Pendidik harus bisa membuat suasana yang mendorong anak aktif mencari, menemukan, memilih pilihan, mengemukakan pendapat, dan melaksanakan serta mengalami sendiri.

6. Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter
Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk menyebarkan nilai-nilai yang membentuk aksara yang positif pada anak. Pengembangan nilai-nilai aksara tidak dengan pembelajaran langsung, akan tetapi melalui pembelajaran untuk menyebarkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan serta melalui penyesuaian dan keteladanan.

7. Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup
Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk menyebarkan kemandirian anak. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu baik melalui pembelajaran untuk menyebarkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan maupun melalui penyesuaian dan keteladanan.

8. Didukung oleh lingkungan yang kondusif
Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa semoga menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur semoga anak sanggup berinteraksi dengan pendidik, pengasuh, dan anak lain.

9. Berorientasi pada pembelajaran yang demokratis
Pembelajaran yang demokratis sangat diharapkan untuk menyebarkan rasa saling menghargai antara anak dengan pendidik, dan antara anak dengan anak lain.

10. Pemanfaatan media belajar, sumber belajar, dan narasumber
Penggunaan media belajar, sumber belajar, dan narasumber yang ada di lingkungan PAUD bertujuan semoga pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna. Termasuk narasumber ialah orang-orang dengan profesi tertentu yang dilibatkan sesuai dengan tema, contohnya dokter, polisi, nelayan, dan petugas pemadam kebakaran.

C. Pembelajaran Tematik Terpadu

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dipakai dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini ialah pendekatan tematik terpadu. Dalam model pembelajaran tematik terpadu di PAUD, kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk satu tema, sub tema, atau sub-sub tema dirancang untuk mencapai secara bahu-membahu kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan meliputi sebagian atau seluruh aspek pengembangan.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran pribadi dan tidak pribadi yang terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran pribadi ialah proses pembelajaran melalui interaksi pribadi antara anak dengan pendidik yang dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Pembelajaran pribadi berkenaan dengan pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang terkandung dalam Kompetensi Inti-3 (pengetahuan) dan Kompetensi Inti-4 (keterampilan).

Pembelajaran tidak pribadi ialah pembelajaran yang tidak dirancang secara khusus namun terjadi dalam proses pembelajaran langsung. Melalui proses pembelajaran pribadi untuk mencapai kompetensi pengetahuan dan keterampilan akan terjadi imbas ikutan pada pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam Kompetensi Inti-1 (sikap spiritual) dan Kompetensi Inti-2 (sikap sosial).

Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dalam tahapan aktivitas pembukaan, inti dan penutup.

D. Pendekatan Saintifik di PAUD

1. Apa itu pendekatan saintifik?
Pendekatan saintifik ialah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa semoga akseptor didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.

2. Mengapa perlu memakai pendekatan saintifik?
  • Mendorong anak semoga mempunyai kemampuan berpikir kritis, analitis, dan mempunyai kemampuan memecahkan masalah.
  • Memberikan pengalaman berguru yang lebih bermakna kepada anak dengan mendorong anak melaksanakan aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi,dan mengomunikasikan.
  • Mendorong anak mencari tahu dari banyak sekali sumber melalui observasi dan bukan hanya diberitahu.

3. Bagaimana pelaksanaan pendekatan saintifik?
  • Mengamati; Mengamati dilakukan untuk mengetahui objek diantaranya dengan memakai indera ibarat melihat, membaca buku, mendengar, menghidu, merasa, dan meraba.
  • Menanya; Anak didorong untuk bertanya, baik perihal objek yang telah diamati maupun hal-hal lain yang ingin diketahui.
  • Mengumpulkan Informasi; Mengumpulkan informasi dilakukan melalui bermacam-macam cara, misalnya: dengan melakukan, mencoba, mendiskusikan, membaca buku, menanya, dan menyimpulkan hasil dari banyak sekali sumber.
  • Menalar; Menalar merupakan kemampuan meng-hubungkan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi yang gres diperoleh sehingga mendapat pemahaman yang lebih baik perihal suatu hal
  • Mengomunikasikan; Mengomunikasikan merupakan aktivitas untuk memberikan hal-hal yang telah dipelajari dalam banyak sekali bentuk, contohnya melalui cerita, gerakan, dan dengan memperlihatkan hasil karya berupa gambar, banyak sekali bentuk dari adonan, boneka dari bubur kertas, kriya dari materi daur ulang, dan hasil anyaman.

E. Sumber Belajar

Untuk mendukung kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan sumber-sumber berguru yang sanggup memperkaya pengalaman anak antara lain buku-buku, teman, orang tua, audio visual, dan lingkungan sekitar.

Sunday, 10 February 2019

Jadi Arif Inilah 7 Macam Dan Jenis Taktik Pembelajaran Mapel Penjas / Pjok


Inilah 7 Macam dan Jenis Strategi Pembelajaran Mapel Penjas / PJOK. Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang bervariasi sesuai karakteristik mata pelajaran PJOK. Pendekatan, model serta seni administrasi pembelajaran yang digunakan diperlukan sanggup melatih kemampuan belajar:mengamati,menanya,mengumpulkan informasi / mencoba, menalar / mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Melalui kemampuan belajar, diperlukan pelajaran yang diikuti siswa bisa menyebarkan tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam pembelajaran PJOK sendiri terdapat beberapa seni administrasi pembelajaran yang sudah dikembangkan. Beberapa di antaranya yaitu Pengajaran Interaktif (Interactive Teaching), Pengajaran Berpangkalan (Station Teaching), Pengajaran Sesama Teman (Peer Teaching)
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), Strategi Pembelajaran Sendiri (Self-instructional Strategies), Strategi Kognitif (Cognitive Strategies), dan Pengajaran Beregu (Team teaching)

1. Pengajaran Interaktif (Interactive Teaching)


Pengajaran interaktif mempunyai makna guru memberitahukan, menunjukkan, atau mengarahkan sekelompok anak perihal apa yang harus dilakukan; kemudian siswa melakukannya; dan guru mengevaluasi seberapa baik hal itu dilakukan dan menyebarkan isi pelaja ran lebih jauh, guru mengontrol proses pengajaran. Biasanya seluruh kelas bekerja pada kiprah yang sama atau dalam kerangka kiprah yang sama. Bandingkan seni administrasi ini dengan gaya komando; keduanya mempunyai perangkat ciri yang sama.

2. Pengajaran Berpangkalan ( Station Teaching )


Pengajaran berpangkalan menata lingkungan sehingga dua atau lebih kiprah bisa berlangsung dalam ruangan secara bersamaan. Biasanya, setiap kiprah harus dilakukan dalam pangkalan yang berbeda dengan kiprah lainnya, sehingga setiap kiprah mempunyai pangkalannya masing - masing. Siswa berputar dari satu pangkalan ke pangkalan lain. Kadang- kadang, pengajaran berpangkalan ini disebut juga pengajaran tugas. Strategi ini dalam tataran gaya mengajar, serupa dengan gaya latihan ( practice style).

3. Pengajaran Sesama Teman (Peer Teaching)


Pengajaran sesama sahabat yaitu seni administrasi pengajaran yang mengalihkan tanggung jawab guru dalam fungsi pengajarannya kepada siswa. Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan seni administrasi lain tetapi berharga untuk diek splorasi secara terpisah. Strategi ini tidak jauh berbeda dengan gaya berbalasan (reciprocal style ), dalam hal siswa sendiri memperlihatkan pengarahan kepada siswa lainnya. Bedanya, dalam pengajaran sesama teman, siswa yang b ertindak sebagai pengajar tidak han ya berhadapan dengan satu siswa, tetapi bisa dengan sekelompok siswa.

4. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Dalam pembelajaran kooperatif, sekelompok siswa diberi kiprah pembelajaran atau proyek untuk diselesaikan oleh kelompoknya. Siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan faktor yang berbeda ibarat kemampuan atau kebutuhan sosialnya. Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran dinilai sesuai dengan seberapa baik mereka bisa menuntaskan tugasnya, di samping dari cara mereka bekerja sama dengan yang lain.

5. Strategi Pembelajaran Sendiri (Self-instructional Strategies)


Strategi pembelajaran sendiri melibatkan aktivitas yang ditetapkan oleh siswa sendiri dan mengurangi kiprah guru sebagai penyampai informasi. Strategi pembelajaran sendiri menyandarkan diri sepenuhnya pada bahan tertulis, media, dan mekanisme penilaian yang ditetapkan sebelumnya. Strategi ini sanggup digunakan untuk memenuhi satu atau lebih, terkadang seluruhnya, fungsi pengajaran.

6. Strategi Kognitif (Cognitive Strategies)


Strategi kognitif yaitu seni administrasi pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa secara kognitif dalam isi pelajaran melalui penyajian tugasnya. Strategi ini mencakup gaya pemecahan masalah, inovasi terbimbing, dan gaya lain yang memerlukan fungsi kognitif anak, ibarat pembelajaran inovasi (inquiry learning) . Semua model ini menggambarkan pendekatan yang melibatkan siswa dalam merumuskan respons sendiri tanpa memalsukan apa yang sudah diperlihatkan guru sebelumnya.

Tingkat keterlibatan siswa bervariasi sesuai dengan tingkat respons kognitifnya.Ketika guru mengetengahkan persoalan yang memerlukan jawaban benar yang tunggal, pemecahan persoalan itu biasanya disebut convergent problem solving. Ketika persoalan tersebut bersifat terbuka dan tidak memer lukan satu jawaban terbaik, maka pemecahan persoalan tersebut disebut divergent problem solving.

7. Pengajaran Beregu (Team teaching)


Pengajaran beregu yaitu seni administrasi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu orang guru yang bertanggung jawab untuk menyajikan pelajaran kepada sekelompok siswa iswa. Ketika pelajaran pendidikan jasmani bersifat co - educational (melibatkan siswa putra dan putri), banyak pendidik melihat bahwa team teaching sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan baik putra maupun putri yang terkelompokan secara heterogen dengan menerima guru laki-laki dan perempuan di dikala bersamaan.

Sunday, 24 March 2019

Jadi Bakir Makna / Arti Dan 3 Prinsip Penting Dalam Proses Pembelajaran


Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan bukan hanya sekedar memberikan materi pelajaran akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses mencar ilmu mengajar siswa harus dijadikan sebagai sentra dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan akseptor didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi akseptor didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan sikap khusus supaya setiap individu bisa menjadi pebelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.

Dalam implementasinya, walaupun istilah yang dipakai "pembelajaran", tidak berarti guru harus menghilangkan kiprahnya sebagai pengajar, alasannya ialah secara konseptual intinya dalam istilah mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar-belajar ialah dua istilah yang mempunyai satu makna yang tidak sanggup dipisahkan. Mengajar ialah suatu acara yang sanggup membuat siswa belajar. Keterkaitan antara mengajar dan mencar ilmu diistilahkan Dewey sebagai "menjual dan membeli" Teaching is to Learning as Selling is to Buying. Artinya, seseorang mustahil akan menjual manakala tidak ada orang yang membeli, yang berarti tidak akan ada perbuatan mengajar manakala tidak membuat seseorang belajar. Dengan demikian dalam istilah mengajar, juga terkandung proses mencar ilmu siswa. Inilah makna pembelajaran.

baca: model dan jenis pembelajaran

Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peranan siswa disatu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Dalam istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal demikian juga halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi dan acara di atas, hanya menerangkan kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses pembelajaran. Sebagai teladan saat guru memilih proses mencar ilmu mengajar dengan memakai metoda buzz group (diskusi kelompok kecil), yang lebih menekankan kepada acara siswa, maka tidak berarti kiprah guru semakin kecil. Ia akan tetap dituntut berperan secara optimal semoga proses pembelajaran dengan buzz group itu berlagsung dengan baik dan optimal. Demikian juga sebaliknya saat guru memakai pendekatan ekspositori (contohnya dengan ceramah) dalam pembelajaran, tidak berarti kiprah siswa menjadi semakin kecil. Mereka harus tetap berperan secara optimal dalam rangka menguasai dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dari uraian tersebut, maka nampak terang bahwa istilah "pembelajaran" (instruction) itu memperlihatkan pada perjuangan siswa mempelajari materi pelajaran sebagai akhir perlakuan guru. Disini jelas, proses pembelajaran yang dilakukan siswa mustahil terjadi tanpa perlakuan guru. Yang membedakannya hanya terletak pada peranannya saja.

Bruce Weil, (1980) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran semacam ini.
Pertama, proses pembelajaran ialah membentuk kreasi lingkungan yang sanggup membentuk atau merubah struktur kognitif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman mencar ilmu yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta. Menurut Piaget, struktur kognitif akan tumbuh manakala siswa mempunyai pengalaman belajar. Oleh lantaran itu proses pembelajaran menuntut acara siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.

Kedua, bekerjasama dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. Ada tiga tipe pengetahuan yang masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebut ialah pengetahuan fisik, sosial dan logika. Pengetahuan fisis ialah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau insiden menyerupai bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalaman indra secara langsung. Misalkan anak memegang kain sutra yang terasa halus, atau memegang logam yang bersifat keras dan lain sebagainya. Dari tindakantindakan eksklusif itulah anak membentuk struktur kognitif perihal sutra dan logam.

Pengetahuan sosial bekerjasama dengan sikap individu dalam suatu sistem sosial atau korelasi antara insan yang sanggup mempengaruhi interaksi sosial. Contoh pengetahuan perihal aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain sebagainya. Pengetahuan perihal hal di atas, muncul dalam budaya tertentu sehingga sanggup berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain. Pengetahuan sosial tidak sanggup dibuat dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibuat dari interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika anak melaksanakan interaksi dengan temannya, maka kesempatan untuk membangun pengetahuan sosial sanggup berkembang (Wadsworth, 1989)

Pengetahuan budi bekerjasama dengan berpikir matematis, yaitu pengetahuan yang dibuat menurut pengalaman dengan suatu objek dan insiden tertentu. Pengetahuan ini didapatkan dari abstraksi menurut koordinasi korelasi atau penggunaan objek. Pengetahuan logis hanya akan berkembang manakala anak bekerjasama dan bertindak dengan suatu objek, walaupun objek yang dipelajarinya tidak menawarkan isu atau tidak membuat pengetahuan matematis.

Pengetahuan ini diciptakan dan dibuat oleh pikiran individu itu sendiri, sedangkan objek yang dipelajarinya hanya bertindak sebagai media saja. Misalkan pengetahuan perihal bilangan, anak sanggup bermain dengan himpunan kelereng atau apa saja yang sanggup dikondisikan. Dalam konteks ini anak tidak mempelajari kelereng sebagai sumber pengetahuan, akan tetapi kelereng merupakan alat untuk memahami bilangan matematis. Jenis-jenis pengetahuan itu mempunyai karakteristik tersendiri, oleh lantaran itu pengalaman mencar ilmu yang harus dimiliki oleh siswa mestinya berbeda.

baca: cara meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa

Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan kiprah lingkungan sosial. Anak akan lebih baik mempelajari pengetahuan budi dan sosial dari temannya sendiri. Melalui pergaulan dan korelasi sosial, anak akan mencar ilmu lebih efektif dibandingkan dengan mencar ilmu yang menjauhkan dari korelasi sosial. Oleh karena, melalui korelasi sosial itulah anak berinteraksi dan berkomunikasi, membuatkan pengalaman dan lain sebagainya, yang memungkinkan mereka berkembang secara wajar.

Selama menjalani proses kehidupannya, dari mulai lahir hingga dengan final hayatnya insan tidak akan terlepas dari duduk kasus atau masalah. Selama kehidupannya insan mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut insan akan dihadapkan pada banyak sekali rintangan. Manakala ia berhasil mencapai rintangan itu, selanjutnya ia akan dihadapkan pada tujuan gres yang semakin berat, manakala ia berhasil mengatasi rintangan itu, maka segera akan muncul tujuan yang lain, demikianlah kehidupan manusia. Manusia yang berkualitas dan sukses, ialah insan yang bisa menembus setiap tantangan yang muncul. Dan insan gagal ialah insan yang tidak bisa mengatasi setiap kendala sehingga ia akan tergusur oleh perubahan zaman yang sangat cepat berubah.

Atas dasar uraian di atas, maka proses pembelajaran harus diarahkan semoga siswa bisa mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, yang meliputi, kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural dan kompetensi temporal. Itulah sebabnya, makna mencar ilmu bukan hanya mendorong anak semoga bisa menguasai sejumlah materi pelajaran akan tetapi bagaimana semoga anak itu mempunyai sejumlah kompetensi untuk bisa menghadapi rintangan yang muncul sesuai dengan perubahan pola kehidupan masyarakat.

Monday, 25 February 2019

Jadi Bakir Memaksimalkan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Dalam Kelas


Dalam proses pembelajaran guru harus menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan demikian, dalam pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas, guru perlu mengaktipkan siswa secara optimal. Inilah yang kemudian di istilahkan sebagai Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS).

Dalam acara berguru mengajar PBAS diwujudkan dalam banyak sekali bentuk acara ibarat mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan persoalan dan lain sebagainya. Keaktifan siswa itu ada yang secara eksklusif sanggup diamati, ibarat mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data dan lain sebagainya; akan tetapi juga ada yang tidak bisa diamati, ibarat acara mendengarkan dan menyimak. Kadar PBAS tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas non-fisik ibarat mental, intelektual dan emosional.

Oleh lantaran itu bahwasanya aktif dan tidak aktifnya siswa dalam berguru hanya siswa yang mengetahuinya secara pasti. Kita tidak sanggup memastikan bahwa siswa yang membisu mendengarkan klarifikasi tidak berarti tidak PBAS; demikian juga sebaliknya belum tentu siswa yang secara fisik aktif mempunyai kadar aktifitas mental yang tinggi pula.

baca: model dan jenis pembelajaran

Namun demikian, salah satu hal yang sanggup kita lakukan untuk mengetahui Apakah suatu proses pembelajaran mempunyai kadar PBAS yang tinggi, sedang atau lemah, sanggup kita lihat dari kriteria penerapan PBAS dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauhmana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar PBAS semakin tinggi.

1. Kadar PBAS Dilihat dari Proses Perencanaan


  • Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai materi pertimbangan dalam menentukan acara pembelajaran.
  • Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.
  • Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan menentukan sumber berguru yang diperlukan.
  • Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan.

2. Kadar PBAS Dilihat dari Proses Pembelajaran


  • Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental-emosional mau pun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini sanggup dilihat dari tingginya perhatian, serta motivasi siswa untuk menuntaskan setiap kiprah yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
  • Siswa berguru secara eksklusif (experiential learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman konkret ibarat merasakan, meraba, mengoperasikan, melaksanakan sendiri dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok.
  • Adanya harapan siswa untuk menciptaklan iklim berguru yang kondusif.
  • Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber berguru yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
  • Adanya ketertlibatan siswa dalam melaksanakan prakarsa ibarat menjawab
  • dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan persoalan yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.
  • Terjadinya interaksi yang multi arah baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya pembicaraan atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

3. Kadar PBAS Ditinjau dari Kegiatan Evaluasi Pembelajaran


  • Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.
  • Kerterlibatan siswa secara berdikari untuk melaksanakan acara semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
  • Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara verbal berkenaan hasil berguru yang diperolehnya.

Sunday, 24 March 2019

Jadi Cerdik Mengajar Sebagai Proses Memberikan Bahan Pelajaran Dan Mengatur Lingkungan


Sebelum kita bahas pengertian pembelajaran, terlebih dahulu kita bahas konsep wacana mengajar. Mengapa demikian? Sebab proses pembelajaran intinya tidak sanggup dipisahkan dari proses mengajar. Secara umum ada dua konsep mengajar, yakni mengajar sebagai proses memberikan materi pelajaran dan mengajar sebagai proses mengatur lingkungan. Kedua konsep tersebut mempunyai konsekuaensi yang berbeda terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.

1. Mengajar sebagai Proses Menyampaikan Materi Pelajaran


Pertama kali, mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu. Dalam konteks ini, mentransfer tidak diartikan dengan memindahkan, ibarat contohnya mentransfer uang. Sebab, kalau kita analogikan dengan mentransfer uang, maka jumlah uang yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi berkurang bahkan hilang sehabis ditransfer pada orang lain.

Apakah mengajar juga demikian? Apakah ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru akan menjadi berkurang sehabis dilakukan proses mentransfer? Tidak bukan? Bahkan mungkin saja ilmu yang dimiliki guru akan semakin bertambah. Karena itu kata mentransfer dalam konteks ini diartikan sebagai proses menyebarluaskan, ibarat menyebarluaskan atau memindahkan api. Ketika api dipindahkan atau disebarluaskan, maka api itu tidaklah menjadi kecil akan tetapi semakin membesar. Untuk proses mengajar, sebagai proses memberikan pengetahuan akan lebih sempurna bila diartikan dengan menanamkan ilmu pengetahuan ibarat yang dikemukakan Smith (1987) bahwa mengajar ialah menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge or skill).

Kalau kita anggap mengajar sebagai proses memberikan materi pelajaran, maka aktivitas mencar ilmu mengajar atau proses pembelajaran akan mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Proses Pembelajaran Berorientasi pada Guru (Teacher Centered)


Dalam aktivitas mencar ilmu mengajar, guru memegang tugas yang sangat penting. Guru memilih segalanya. Mau diapakan siswa? Apa yang harus dikuasai siswa? Bagaimana cara melihat keberhasilan belajar? Semuanya tergantung guru. Begitu pentingnya tugas guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru; dan mustahil ada proses pembelajaran tanpa guru.

Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada tiga tugas utama yang harus dilakukan guru, yaitu guru sebagai perencana, sebagai penyampai informasi dan guru sebagai evaluator. Sebagai perencana pengajaran, sebelum proses pengajaran guru harus menyiapkan banyak sekali hal yang diperlukan, ibarat contohnya materi pelajaran apa yang harus disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, media apa yang harus dipakai dan lain sebagainya. Dalam melaksanakan kiprahnya sebagai penyampai informasi, sering kali guru memakai metode ceramah sebagai metode utama.

Metode ini merupakan metode yang dianggap ampuh dalam proses pembelajaran. Karena pentingnya metode ini, maka biasanya guru sudah merasa mengajar apabila sudah melaksanakan ceramah, dan tidak mengajar apabila tidak melaksanakan ceramah. Sedangkan, sebagai evaluator guru juga berperan dalam memilih alat penilaian keberhasilan pengajaran. Biasanya kriteria keberhasilan proses pengajaran diukur dari sejauhmana siswa sanggup menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.

b. Siswa sebagai Objek Belajar


Konsep mengajar sebagai proses memberikan materi pelajaran, menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Mereka dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga melalui proses pengajaran mereka dituntut memahami segala sesuatu yang diberikan guru. Peran siswa ialah sebagai peserta informasi yang diberikan guru. Jenis informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari kadangkadang tidak berpijak dari kebutuhan siswa, baik dari segi pengembangan talenta maupun dari minat siswa akan tetapi berangkat dari pandangan apa yang berdasarkan guru dianggap baik dan bermanfaat.

Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk membuatkan kemampuan sesuai dengan minat dan bakatnya, bahkan untuk mencar ilmu sesuai dengan gayanya sangat terbatas. Sebab, dalam proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.

c. Kegiatan Pembelajaran Terjadi pada Tempat dan Waktu Tertentu


Proses pengajaran berlangsung pada daerah tertentu contohnya terjadi di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat, sehingga siswa hanya mencar ilmu manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai daerah belajar. Adanya daerah yang telah ditentukan, sering proses pengajaran terjadi sangat formal. Siswa duduk dibangku berjejer, dan guru di depan kelas. Demikian juga halnya dengan waktu yang diatur sangat ketat. Misalnya manakala waktu mencar ilmu suatu materi pelajaran tertentu telah habis, maka segera siswa akan mencar ilmu materi lain sesuai dengan agenda yang telah ditetapkan. Cara mempelajarinyapun ibarat bagianbagian yang terpisah, seakanakan tidak ada kaitannya antara materi pelajaran yang satu dengan yang lain.

d. Tujuan Utama Pembelajaran ialah Penguasaan Materi Pelajaran


Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauhmana siswa sanggup menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri ialah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Sedangkan, mata pelajaran itu sendiri ialah pengalamanpengalaman insan masa kemudian yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam bukubuku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa. Kadangkadang siswa tidak perlu memahami apa gunanya mempelajari materi tersebut. Karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi pelajaran, maka alat penilaian yang dipakai biasanya ialah tes hasil mencar ilmu tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan secara periodik.

2. Mengajar sebagai Proses Mengatur Lingkungan


Pandangan lain mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan
dengan impian semoga siswa belajar. Dalam konsep ini yang penting ialah belajarnya siswa. Untuk apa memberikan materi pelajaran kalau siswa tidak berubah tingkah lakunya? Untuk apa siswa menguasai materi pelajaran sebanyakbanyaknya kalau ternyata materi yang dikuasainya itu tidak berdampak terhadap perubahan sikap dan kemampuan siswa. Dengan demikian yang penting dalam mengajar ialah proses merubah perilaku.

Dalam kontek ini mengajar tidak ditentukan oleh lamanya serta banyaknya materi yang disampaikan, akan tetapi dari imbas proses pembelajaran itu sendiri. Bisa terjadi guru hanya beberapa menit saja di muka kelas, namun dari waktu yang sangat singkat itu menciptakan siswa sibuk melaksanakan proses belajar, itu sudah dikatakan mengajar.

Kalau kita menganggap mengajar sebagai proses mengatur lingkungan, maka dalam aktivitas mencar ilmu mengajar atau dalam proses pembelajaran akan mempunyai karakteristik sebagai berikut.

a. Proses Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student Centered)


Mengajar tidak ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri. Hendak mencar ilmu apa siswa dari topik yang harus dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, bukan hanya guru yang memilih akan tetapi juga siswa. Siswa memliki kesempatan untuk mencar ilmu sesuai dengan gayanya sendiri. Dengan demikian tugas guru berubah dari tugas sebagai sumber mencar ilmu menjadi tugas sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa untuk belajar. Tujuan utama mengajar ialah membelajarkan siswa.

Oleh lantaran itu krtieria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran akan tetapi diukur dari sejauhmana siswa telah melaksanakan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lagi berperan hanya sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi semoga siswa mau dan bisa belajar. Inilah makna proses pembelajaran berpusat kepada siswa (student oriented).

Siswa tidak dianggap sebagai objek mencar ilmu yang sanggup diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang mencar ilmu sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh lantaran itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajrinya tidak sematamata ditentukan oleh keinginan guru, akan tetapi memperhatikan setiap perbedaan siswa.

b. Siswa sebagai Subjek Belajar


Dalam konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan, siswa tidak dianggap sebagai organisme yang pasif yang hanya sebagai peserta informasi, akan tetapi dipandang sebagai organisme yang aktif, yang mempunyai potensi untuk berkembang. Mereka ialah individu yang mempunyai kemampuan dan potensi.

c. Proses Pembelajaran Berlangsung di Mana Saja


Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satusatunya daerah mencar ilmu siswa. Siswa sanggup memanfaatkan banyak sekali daerah mencar ilmu sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran. Ketika siswa akan mencar ilmu wacana fungsi pasar misalnya, maka pasar itu sendiri merupakan daerah mencar ilmu siswa.

d. Pembelajaran Berorientasi pada Pencapaian Tujuan


Tujuan pembelajaran bukanlah penguasan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk merubah tingkah laris siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh lantaran itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah simpulan dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laris yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa sanggup membentuk contoh sikap siswa itu sendiri. Untuk itulah metode dan stretegi yang dipakai guru tidak hanya sekedar metode ceramah, akan tetapi memakai banyak sekali metode, ibarat diskusi, penugasan, kunjungan ke objekobjek tertentu dan lain sebagainya.

Jadi Arif Perlu Adanya Perubahan Paradigma Ihwal Mencar Ilmu Mengajar


Apakah mengajar sebagai proses menanamkan pengetahuan dalam masa teknologi kini ini masih berlaku? Bagaimana seandainya pengajar (guru) tidak berhasil menanamkan pengetahuan kepada orang yang diajarnya masih juga dianggap orang tersebut telah mengajar? Lalu, jikalau begitu apa kriteria keberhasilan mengajar? Apakah mengajar hanya ditentukan oleh seberapa besar pengetahuan yang telah disampaikan?

Pandangan mengajar yang hanya sebatas memberikan ilmu pengetahuan itu, dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Mengapa demikian? Minimal ada tiga alasan penting. Alasan inilah yang lalu menuntut perlu terjadinya perubahan paradigma mengajar dari mengajar hanya sebatas memberikan materi pelajaran kepada mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.

Pertama, siswa bukan orang cukup umur dalam bentuk mini, akan tetapi mereka yakni organisme yang sedang berkembang. Agar mereka sanggup melakukan tugastugas perkembangannya, diperlukan orang cukup umur yang sanggup mengarahkan dan membimbing mereka biar tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh alasannya yakni itulah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi isu yang memungkinkan setiap siswa sanggup dengan gampang mendapat aneka macam informasi, kiprah dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit akan tetapi justru semakin komplek.

Guru bukan saja dituntut untuk lebih aktif mencari isu yang dibutuhkan, akan tetapi ia juga harus bisa menyeleksi aneka macam informasi, sehingga sanggup memperlihatkan pada siswa isu yang dianggap perlu dan penting untuk kehidupan mereka. Guru harus menjaga siswa biar tidak terpengaruh oleh aneka macam isu yang sanggup menyesatkan dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Karena itulah, kemajuan teknologi menuntut perubahan kiprah guru. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai sumber berguru yang bertugas memberikan informasi, akan tetapi harus berperan sebagai pengelola sumber berguru untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri.

Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang mustahil sanggup menguasai setiap cabang keilmuan. Begitu hebatnya perkembangan ilmu biologi, ilmu ekonomi, aturan dan lain sebagainya. Apa yang dulu tidak pernah terbayangkan, kini menjadi kenyataan. Dalam bidang teknologi, begitu hebatnya orang membuat bendabenda mekanik yang bukan hanya diam, tapi bergerak, bahkan sanggup terbang menembus angkasa luar.

Demikian juga kehebatan para mahir yang bergerak dalam bidang kesehatan yang bisa mencangkok organ badan insan sehingga menambah cita-cita hidup manusia. Semua dibalik kehebatan itu, bersumber dari apa yang kita sebut sebagai pengetahuan. Abad pengetahuan itulah yang seharusnya menjadi dasar perubahan. Bahwa belajar, bukan hanya sekedar mengahapal informasi, menghapal rumusrumus, akan tetapi bagaimana memakai isu dan pengatahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.

Ketiga, penemuanpenemuan gres khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman gres terhadap konsep perubahan tingkah laris manusia. Dewasa ini, anggapan insan sebagai organisma yang pasif yang perilakunya sanggup ditentukan oleh lingkungan menyerupai yang dijelaskan dalam aliran behavioristik, telah banyak ditinggalkan orang. Orang kini lebih percaya, bahwa insan yakni organisme yang mempunyai potensi menyerupai yang dikembangkan oleh aliran kognitif wholistik. Potensi itulah yang akan memilih sikap manusia. Oleh alasannya yakni itu proses pendidikan bukan lagi menawarkan stimulus, akan tetapi perjuangan membuatkan potensi yang dimiliki. Di sini, siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, akan tetapi sebagai subjek berguru yang harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa.

Ketiga hal di atas, menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses memberikan materi pembelajaran, atau menawarkan stimulus sebanyakbanyaknya kepada siswa, akan tetapi juga mengajar dipandang sebagai proses mengatur lingkungan biar siswa berguru sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Pengaturan lingkungan yakni proses membuat iklim yang baik menyerupai penataan lingkungan, penyediaan alat dan sumber pembelajaran, dan halhal lain yang memungkinkan siswa betah dan merasa bahagia berguru sehingga mereka sanggup berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimilikinya. Istilah mengajar bergeser pada istilah pembelajaran yang sering digunakan cukup umur ini.

Kata “pembelajaran” yakni terjemahan dari “instruction”, yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan sanggup mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat aneka macam macam media menyerupai bahanbahan cetak, acara televisi, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajarmengajar, dari guru sebagai sumber berguru menjadi guru sebagai fasilitator dalam berguru mengajar.

Hal ini menyerupai yang diungkapkan Gagne (1992: 3), yang menyatakan bahwa "instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated". Oleh alasannya yakni itu berdasarkan Gagne, mengajar atau “teaching” merupakan kepingan dari pembelajaran (instruction), di mana kiprah guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen aneka macam sumber dan akomodasi yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

Lebih lengkap Gagne menyatakan:
"Why do we speak of instruction rather than teaching? It is because we wish to describe all of the events that may have a direct effect on the learning of a human being, not just those set in motion by individual who is a teacher. Instruction may include events that are generated by a page of print, by a picture, by a television program, or by combination of physical objects, among other things. Of course, a teacher may play an essential role in the arrangement of any of these events" (Gagne 1992: 3).

Dalam istilah "pembelajaran" yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasilhasil teknologi yang sanggup dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek berguru yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses berguru mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari materi pelajaran. Dengan demikian, jikalau dalam istilah "mengajar (pengajaran)" atau "teaching" menempatkan guru sebagai "pemeran utama" menawarkan informasi, maka dalam "instruction" guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memanage aneka macam sumber dan akomodasi untuk dipelajari siswa.

Sunday, 11 August 2019

Jadi Cerdik Rambu-Rambu Penyusunan Pelaksanaan Pembelajaran Paud


Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan kurikulum operasional yang dijadikan pola bagi guru untuk mengelola kegiatan bermain untuk mendukung anak dalam proses belajar.

Rencana pelaksanaan pembelajaran dibentuk sebelum pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran harus mengacu kepada karakteristik (usia, sosial budaya dan kebutuhan individual) anak yang terlibat dalam pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai pola guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk:


  1. mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
  2. mengarahkan guru untuk menyiapkan alat dan materi yang diperlukan,
  3. mengarahkan guru untuk membangun sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dimiliki anak
  4. mendukung keberhasilan pelaksanaan pembelajaran

Rambu-rambu penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran:


  1. Mengacu pada kompetensi dasar (KD) yang memuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan utnuk mewujudkan ketercapaian Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) yang meliputi nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, social emosional dan seni.
  2. Memuat materi yang sesuai dengan KD dan dikaitkan dengan tema.
  3. Memilih kegiatan selaras dengan muatan/ materi pembelajaran
  4. Mengembangkan kegiatan main yang berpusat pada anak
  5. Menggunakan pembelajaran tematik
  6. Mengembangkan cara berfikir saintifik
  7. Berbasis budaya lokal dan memanfaatkan lingkungan alam sekitar, sebagai media bermain anak

Menurunkan KD menjadi Materi/Muatan Ajar


Pada pembelajaran PAUD hal yang terpenting ialah proses berguru yang menumbuhkan anak bahagia belajar, bahagia melaksanakan proses saintis, BUKAN menekankan pada penguasaan materi alasannya ialah evaluasi atau assessment pada aktivitas anak usia dini merujuk pada tahap perkembangan. Inilah keunikan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

Namun demikian proses pembelajaran pada anak usia dini yang dilakukan melalui kegiatan bermain juga menunjukkan penambahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak yang sesuai dengan Kompetensi Dasar dengan memperhatikan kemampuan yang sesuai tahap perkembangan anak pada usia tertentu pada umumnya. Oleh alasannya ialah itu pendidik juga harus bisa menurunkan materi yang sesuai dengan Kompetensi Dasar.

Perlunya Pemahaman Materi


  1. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak
  2. Memperluas pengalaman bermain yang bermakna
  3. Menumbuhkan minat berguru siswa

Langkah penyusunan materi


  1. Pahami inti muatan dari setiap kompetensi dasar. Kemampuan apa yang diharapkan dari KD tersebut.
  2. Pahami keluasan cakupan materi yang termuat dalam KD
  3. Pahami kedalaman materi yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
  4. Sesuaikan dengan visi yang ingin diwujudkan dan Tujuan yang ingin dicapai pada anak didik selama berguru di Satuan Taman Kanak-kanak Pembina Negeri.
  5. Tentukan prioritas materi yang mendukung pencapaian KD

File: Pendma Kemenag Pamekasan | IGRA

Thursday, 14 January 2021

Lebih Berilmu Download Instrumen Evaluasi Kinerja Guru (Pk Guru) Terbaru

Sahabat Edukasi yang sedang berbahagia...

Perangkat yang harus dipakai oleh penilai untuk melaksanakan PK GURU semoga diperoleh hasil penilaian yang obyektif, akurat, tepat, valid, dan sanggup dipertanggung-jawabkan. 

Instrumen penilaian kinerja yang relevan dengan kiprah guru, terdiri dari:

a. Instrumen-1: Pelaksanaan Pembelajaran untuk guru kelas/mata pelajaran (Lampiran 1);
b. Instrumen-2: Pelaksanaan Pembimbingan untuk guru Bumbingan dan Konseling/Konselor (Lampiran 2); dan
c. Instrumen-3: Pelaksanaan Tugas Tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah (Lampiran 3). Instrumen-3 terdiri dari beberapa instrumen terpisah sesuai dengan kiprah pemanis yang diemban guru. Instrumen penilaian kinerja pelaksaaan pembelajaran atau pembimbingan terdiri dari:

1)   Lembar pernyataan kompetensi, indikator, dan cara menilai.

Lembar ini berisi daftar dan klarifikasi wacana ranah kompetensi, kompetensi, dan indikator kinerja guru yang harus diukur melalui pengamatan dan pemantauan (Lampiran 1A atau Lampiran 2A).

2)   Format laporan dan penilaian per kompetensi.

Format catatan dan penilaian penilaian kinerja per kompetensi dipakai untuk mencatat semua hasil pengamatan dan pemantauan yang telah dilakukan, sebagai bukti pelaksanaan penilaian kinerja guru. Catatan ini harus dilengkapi dengan bukti-bukti fisik tertentu, contohnya dokumen pembelajaran dan penilaian, alat peraga dan media pembelajaran, atau dokumen lain yang menguatkan bukti kinerja guru.

Berdasarkan catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta bukti fisik yang ada, penilai di sekolah memperlihatkan skor 0, 1, 2, pada setiap indikator kinerja guru pada tabel yang disediakan. Persentase perolehan skor per kompetensi kemudian dikonversikan ke nilai 1, 2, 3, 4, (Lampiran 1B atau Lampiran 2B).

3)   Format rekap hasil PK GURU.

Nilai per kompetensi kemudian direkapitulasi ke format rekap hasil PK GURU untuk mendapat nilai total PK GURU (Lampiran 1C atau Lampiran 2C). Nilai inilah yang selanjutnya dikonversi ke skala nilai kinerja berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 untuk diperhitungkan sebagai perolehan angka kredit guru di tahun tersebut. Format rekap hasil PK GURU dipergunakan untuk merekapitulasi hasil PK GURU formatif dan sumatif.

Format ini juga dipergunakan untuk memantau kemajuan guru yang hasil PK GURU formatifnya mempunyai nilai di bawah standar (1 dan/atau 2), lihat panduan kegiatan PKB. Ketiga format rekap hasil PK GURU (formatif, sumatif, dan kemajuan) akan dipergunakan sebagai masukan untuk menyusun laporan kendali kinerja guru. Fomat rekap hasil PK GURU sumatif dipergunakan sebagai dasar penghitungan angka kredit bagi tim penilai jabatan fungsional guru di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau sentra sesuai kewenangannya.

4)   Format perhitungan angka kredit.

Setelah memperoleh nilai total PK GURU untuk pembelajaran, pembimbingan atau kiprah pemanis yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, penilai sanggup melaksanakan perhitungan angka kredit. Perhitungan angka kredit hasil PK GURU sanggup dilakukan di sekolah tetapi sifatnya hanya untuk keperluan estimasi perolehan angka kredit.

Bagi tim penilai di tingkat kabupaten/kota, angka kredit hasil perhitungan tim penilai tersebut akan dipergunakan sebagai dasar penetapan perolehan angka kredit guru (Lampiran 1D atau Lampiran 2D).

Instrumen penilaian kinerja pelaksaaan kiprah pemanis yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah (Lampiran 3) secara umum terdiri dari bagian-bagian berikut :

1) Petunjuk Penilaian

Petunjuk penilaian berisi klarifikasi wacana cara menilai, teknik pengumpulan data, derma skor, penilai dan persyaratannya, pelaksanaan penilaian dan hasil penilaian. Petunjuk pengisian ini harus dipahami oleh para penilai kinerja guru dengan kiprah pemanis yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

2) Format Identitas Diri

Format ini harus diisi dengan identitas diri guru yang dinilai sesuai dengan kiprah pemanis yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Selain itu, format ini juga perlu diisi dengan identitas penilai. Guru yang dinilai dan penilai harus menandatangani format identitas diri ini.

3) Format Penilaian Kinerja

Format ini terdiri dari beberapa tabel berdasarkan banyaknya kompetensi yang akan dinilai sesuai dengan kiprah pemanis yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang ditugaskan kepada guru. Setiap tabel berisi klarifikasi wacana kriteria/indikator penilaian untuk masing-masing kompetensi, catatan bukti-bukti yang teridentifikasi selama penilaian, skor yang diberikan, perhitungan jumlah skor, skor rata-rata untuk setiap kompetensi, serta diskripsi penilaian kinerja yang dilakukan oleh penilai. Format ini diisi oleh penilai di sekolah sesuai dengan hasil pengamatan, wawancara, dan/atau studi dokumen yang dilakukan oleh penilai selama proses penilaian kinerja.

4) Format Rekapitulasi Penilaian Kinerja

Perolehan skor rata-rata untuk setiap kompetensi kemudian direkap oleh penilai pada format rekapitulasi penilaian kinerja. Skor rata-rata masing-masing kompetensi dicantumkan dan dijumlahkan dalam format tersebut untuk selanjutnya dikonversikan ke skala nilai 0 – 100 sesuai dengan Permenneg PAN & RB No. 16 Tahun 2009. Jika kedua penilai dan guru yang dinilai telah mencapai janji terhadap hasil penilaian, maka penilai dan guru yang dinilai harus menandatangani format rekapitulasi penilaian kinerja tersebut.

5) Format Tambahan

Dalam beberapa instrumen kiprah pemanis yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, terdapat beberapa format tambahan. Misalnya untuk penilaian kinerja guru dengan kiprah pemanis sebagai kepala perpustakaan, mempunyai format pemanis hasil penilaian dan rincian kegiatan guru sehubungan dengan tugas-tugas pengelolaan perpustakaan.

Format pemanis guru dengan kiprah pemanis sebagai kepala laboratorium/bengkel dilengkapi dengan format pendalaman terhadap teman sejawat dan/atau penerima didik dari guru yang dinilai. Format pemanis ini berupa format-format yang harus diisi oleh penilai sesuai dengan data dan isu yang diperolehnya.

Dowload seluruh perangkat / instrument pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKG) pada links berikut :


Untuk mendownload selengkapnya Buku Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru selengkapnya, silahkan unduh pada links artikel berikut.

Hasil PK GURU untuk masing-masing individu guru (guru pembelajaran, guru bimbingan dan konseling/konselor, maupun guru yang diberi kiprah pemanis yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah) kemudian direkap dalam format laporan kendali kinerja guru (Lampiran 4). Pada format ini dicantumkan hasil PK GURU formatif, sasaran nilai PK GURU yang akan dicapai sehabis guru mengikuti proses PKB, dan hasil PK GURU sumatif untuk beberapa tahun ke depan.

Setelah PK Guru dilaksanakan, maka kinerja guru akan sanggup dipantau dan sanggup diarahkan dalam upaya peningkatan kinerja guru yang bersangkutan semoga bisa memperlihatkan layanan pendidikan yang berkualitas kepada penerima didik. Semoga bermanfaat dan terimakasih… …!