Wednesday, 11 November 2020

Lebih Berakal Kajian Kebijakan Pendidikan Oleh 4 (Empat) Kementerian Di Indonesia

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Sebanyak empat kementerian berafiliasi dengan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), meluncurkan kajian kebijakan nasional bidang pendidikan di Indonesia.

Peluncuran ini merupakan bentuk kolaborasi OECD dengan Indonesia, sebagai salah satu dari kelima negara prioritas dalam kemitraan OECD. Keempat kementerian tersebut yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Keuangan (Kemkeu), dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).

Sebagai informasi, OECD merupakan organisasi internasional, beranggotakan 30 negara, yang berafiliasi bidang pembangunan ekonomi.

Bertajuk Pendidikan di Indonesia Siap Menyongsong Tantangan, kajian ini mengulas pendidikan dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi, termasuk aspek pendidikan non formal, forum pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia, baik yang berada di bawah kewenangan Kemendikbud, Kemenristekdikti, dan Kemenag.

Adapun sumber data berasal dari kunjungan lapangan ke seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, terdapat tinjauan mendalam terhadap struktur dan skala penyediaan pendidikan, terusan dan inklusi siswa, kemajuan siswa, pengajaran dan pembelajaran, standar dan akreditasi, pembiayaan dan tata kelola sektor pendidikan pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah kejuruan, dan pendidikan tinggi.

Kajian ini dilakukan dengan rentang periode Oktober 2012 hingga dengan Februari 2013. Terdapat beberapa rekomendasi yang diulas, yaitu reformasi sistem penilaian modern yang diiintegrasikan ke dalam kerangka kerja penilaian nasional, menyediakan informasi terbaru seputar kebutuhan tenaga kerja, memperbaiki produktivitas, dan meningkatkan kapasitas dan status para profesional, dan mengadopsi pendekatan terbaru untuk mereformasi pendidikan di Indonesia.

Tidak hanya itu, terdapat beberapa rekomendasi seputar pendidikan yang diturunkan, diantaranya memprioritaskan Pendidikan Anak Usia Dini terutama untuk masyarakat miskin, meningkatkan partisipasi dan proses berguru mengajar di tingkat pendidikan dasar, mengelola keberagaman, meningkatkan efisiensi, meningkatkan relevansi di tingkat pendidikan menengah, memperkuat koordinasi dan keterlibatan industri dalam sistem pendidikan kejuruan dan teknis, meningkatkan kualitas, keberagaman yang sejalan dengan prioritas pembangunan nasional di jenjang pendidikan tinggi, dan meningkatkan training dan pendidikan bagi orang dewasa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengungkapkan hasil kajian ini menarik, alasannya yaitu membandingkan Indonesia dengan negara-negara anggota OECD, yaitu negara yang mempunyai sumber daya insan sudah sangat baik.

Hasil kajian pendidikan ini pun, kata Mendikbud Anies, menegaskan adanya perhatian terhadap kualitas sumber daya insan Indonesia. “OECD, secara spesifik, menciptakan kajian perihal (pendidikan) Indonesia itu menegaskan jikalau sumber daya insan kita tidak dibangun maka akan menjadi kendala bagi dunia,” jelasnya.

Kemampuan Membaca dan Menulis

Hasil penilaian terhadap kemampuan membaca, dan matematika dari siswa Indonesia, berdasarkan The Program for International Student Assessment (PISA), memperlihatkan kinerja siswa Indonesia masih ketinggalan sekitar tiga tahun dari tingkat rata-rata negara OECD.  Sebanyak lebih dari 50 persen anak Indonesia berusia di atas 15 tahun tidak menguasai ketrampilan membaca, dan matematika yang mendasar.

Sebagai informasi, PISA merupakan penilaian tingkat internasional, dilakukan oleh OECD setiap tiga tahun, terhadap siswa berusia 15 tahun untuk kemampuan mata pelajaran Matematika, Membaca, dan IPA.

Kepada media, Mendikbud Anies mengungkapkan kemampuan membaca dan menulis harus menjadi fokus perhatian. Menurutnya, kemampuan membaca yaitu berkaitan dengan kecerdikan berfikir. “Membaca itu logika, alasannya yaitu (saat membaca) struktur kalimat itu membentuk kecerdikan berfikir,”ujar Anies.

Sehingga, kata Mendikbud Anies, kemampuan bahasa, dan matematika menjadi (kebutuhan) sangat fundamental sekali,” ujarnya. Dia menegaskan kemampuan membaca, dan menulis harus menjadi fokus perhatian. “Sejauh ini kita masih melihat informasi pendidikan yang menarik yaitu seputar ujian nasional dan kurikulum, padahal ada hal lain lebih penting ibarat kemampuan membaca, dan menulis,” ujarnya.

Saat diwawancarai, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal (Plt Dirjen PAUDNI) Taufik Hanafi menegaskan semoga jangan menerjemahkan peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan matematika bagi siswa Indonesia sebagai kewajiban anak semenjak dini bisa ketiga aspek tersebut. “Jangan diterjemahkan bahwa anak semenjak dini wajib bisa membaca, bisa menghitung,” tegasnya.

Pada sisi lain, beliau justru menghimbau untuk meningkatkan ketiga kemampuan tersebut dengan tiga instrumen pembelajaran yang sesuai bagi anak usia dini. Pertama, instrumen permainan. Dirjen Taufik menjelaskan, perkembangan otak anak pada usia 0-6 tahun yaitu paling pesat yaitu sebesar 50 persen.

Sedangkan, sebesar 80 persen untuk perkembangan otak bagi anak berusia delapan tahun. “Oleh alasannya yaitu itu, kita harus menstimulasi perkembangan termasuk dengan minat baca, dan untuk anak itu dilakukan dengan proses bermain,”ujarnya.

Kedua, instrumen nyanyian. Dirjen Taufik mengungkapkan minat membaca pada anak bisa dilakukan dengan bernyanyi, sehingga guru yang mengajar, harus bisa bernyanyi.

Ketiga, instrumen dongeng. Dirjen Taufik pun menghimbau semoga meningkatkan tugas orang renta pada prestasi berguru anak di sekolah. “Itu bisa dimulai dengan mengantarkan anak ke sekolah, di situ ada kesenangan sendiri untuk anak. Untuk orang tua, mereka tahu prestasi berguru siswa di sekolah, dan bisa memperlihatkan masukan, bahkan mengambil hal baik untuk bisa dilakukan di rumah,” ujarnya. *** (Gloria Gracia)

No comments:

Post a Comment