Sunday, 1 November 2020

Lebih Pintar Ujian Nasional (Un) 2015 Mengutamakan Kejujuran Dan Integritas

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Berdasarkan publikasi pada situs Kemendikbud RI bahwasannya UN Bukan Untuk Lulus 100 Persen, Tetapi Jujur 100 Persen.

Apa tujuan dari ujian nasional (UN)? Tujuannya yakni untuk mengetahui capaian berguru seorang siswa. Ini merupakan hak seorang siswa untuk mengetahui capaian belajarnya. 

Oleh alasannya itu lakukan UN bukan untuk lulus 100 persen, tetapi lakukanlah dengan jujur 100 persen, lantaran tahun ini UN tidak menjadi syarat kelulusan.

Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, ketika mengunjungi salah satu televisi di tempat Senayan, Jakarta, Jumat (27/03/2015). 

”Mulai tahun ini kelulusan 100 persen ditentukan oleh sekolah. Yang dinilai yakni seluruh mata pelajaran termasuk sikap siswa. Oleh alasannya itu siswa jangan menyebabkan UN sebagai beban,” tutur Mendikbud.

Mendikbud menekankan kembali, UN tidak lagi menjadi syarat kelulusan, tetapi UN sanggup dipakai untuk mendaftar pada jenjang pendidikan berikutnya. 

Dengan begitu, UN sanggup memperlihatkan sikap kasatmata kepada siswa dan guru. Siswa berguru bukan lantaran takut untuk menghadapi UN, tetapi berguru untuk mewujudkan cita-cita mempunyai nilai yang lebih tinggi.

”Karena nilai yang tinggi itu akan membantu mereka mendapat sekolah yang lebih baik. Sehingga sanggup menanamkan referensi sikap yang positif,” ucap Mendikbud.

Mendikbud berharap dengan tidak dimasukkannya UN sebagai syarat kelulusan, ke depan sanggup menanamkan sikap siswa bahwa mengikuti UN itu yakni semangat untuk mendapat prestasi yang baik. ”Jangan lakukan kecurangan-kecurangan yang selama ini banyak dikabarkan. Tetapi lakukan dengan jujur, dan raihlah prestasi yang baik,” pesan Mendikbud.

Utamakan Ujian Nasional Berintegritas

Tahun ini ada yang berbeda dari pelaksanaan ujian nasional (UN). Karena tidak lagi menjadi syarat kelulusan, maka pelaksanaan UN yang berintegritas harus diutamakan. Demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Furqon.

“Yang ditekankan tahun ini yakni menomor satukan kejujuran dalam pelaksanaan UN. Jangan kita melaksanakan jadwal dengan mengorbankan abjad siswa,” ujar Furqon.

Ia menambahkan, untuk mendukung upaya pelaksanaan UN yang berintegritas, Kemendikbud melaksanakan dua upaya. Komunikasi, kata Furqon, sebagai upaya pertama. Komunikasi yang dilakukan yakni mengkampanyekan pelaksanaan UN yang berintegritas kepada semua pihak, dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga dengan satuan pendidikan. 

Kemendikbud juga melaksanakan obrolan wacana pentingnya mendidik belum dewasa bangsa yang berintegritas, sehingga mereka akan menjadi penerus bangsa yang inspiratif di abad depan.

 “Bagi orang-orang yang tidak berintegritas, maka mereka akan tersisihkan dalam percaturan global. Oleh alasannya itu tanamkan jiwa berintegritas dalam diri belum dewasa kita,” ucap Furqon.

Selain melaksanakan komunikasi dengan berkampanye dan dialog, Kemendikbud juga melaksanakan analisis wacana indeks integritas setiap sekolah. Furqon mengatakan, hasil dari analisis ini akan disampaikan per provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah. Dari hasil analisis jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), akan disampaikan ke tingkat perguruan tinggi tinggi, khususnya panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

“Dengan hasil analisis tersebut, diperlukan ujian nasional sanggup menjadi materi pertimbangan penerimaan mahasiswa baru,” kata Furqon.  
 
Selanjutnya mengenai persiapan pencetakan naskah soal ujian nasional berbahan kertas, tutur Furqon, hingga dengan hari kemarin sudah mencapai sekitar 99,6 persen. Ia mengharapkan pada hari ini sudah mencapai 100 persen naskah UN siap kirim.

“Sesuai dengan pantauan kami hingga ketika ini tidak ada keterlambatan pengiriman naskah soal UN. Kami belum mendengarkan adanya hambatan-hambatan pengiriman dan penggandaan soal-soal un,” pungkas Furqon. (Seno Hartono)

Sumber referensi artikel : www.kemdikbud.go.id

No comments:

Post a Comment