Saturday, 19 December 2020

Lebih Cendekia Kebiasaan Membaca Orang Jepang Diawali Dari Sekolah – Seluruh Akseptor Latih Wajib Membaca Selama 10 Menit Sebelum Kbm

Sahabat Edukasi yang berbahagia…

Faktor utama kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kebiasaan kasatmata dari masyarakat yang menjadi bab dari bangsa itu sendiri.

Salah misalnya yakni negera Jepang dimana di sana perpustakaan menjadi jaminan pendidikan di Jepang untuk memajukan generasi muda. Makanya, perpustakaan dengan koleksi komplet menjadi andalan bagi sekolah-sekolah di Jepang untuk menggaet calon-calon siswa.

"Perpustakaan yakni salah satu ciri sekolah di Jepang," tutur School System Coordinator untuk Hikari Japanese School, Wiginy Kusliawan, di Jakarta pada Senin (2/3/2015).

Media massa di Tokyo, Jepang, Yoshiko Shimbun, dalam wartanya beberapa waktu silam menawarkan bahwa kebiasaan membaca di Jepang berawal dari sekolah

Sebelum memulai pelajaran, guru mewajibkan siswa membaca selama sepuluh menit. Menariknya, kebiasaan ini berlangsung lebih dari 30 tahun.

Jam masuk sekolah di Jepang dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat. Tetapi gerbang sekolah mulai ditutup 15 menit sebelum pelajaran formal dimulai. Pada jam inilah biasanya peraturan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, pada lima belas menit pertama belum dewasa sekolah dasar diwajibkan membaca buku apa pun yang dipilihnya dari perpustakaan sekolah.

Bisa dibilang, Jepang merupakan macan Asia, di mana segala kemajuan, mulai dari kemajuan perekonomian sampai teknologi, berjalan sangat pesat. Pada dasarnya, kemajuan yang dicapai Jepang pada dikala ini merupakan buah dari kerja keras pemerintah Jepang untuk membangun budaya literasi yang dimulai semenjak dari dingklik sekolah dasar.

Menurut Yoshiko Shimbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, kebiasaan membaca di Jepang diawali dari sekolah. Para guru mewajibkan siswa-siswanya untuk membaca selama 10 menit sebelum melaksanakan acara berguru mengajar di sekolah.

Kebijakan ini telah berlangsung selama 30 tahun. Para andal pendidikan Jepang mengakui bahwa pola kebiasaan yang diterapkan ini terlalu bersifat behavioristik, di mana terdapat reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan aturan tersebut. Namun, penyesuaian yang dilakukan dari tingkat sekolah dasar dinilai cukup efektif, alasannya dilakukan pada belum dewasa semenjak usia dini.

Awalnya, ibarat yang disebutkan harian tersebut, pelaksanaan regulasi tersebut memang sulit dilakukan, mengingat para murid mempunyai latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. Namun, alasannya pola pendidikan di Jepang didesain sedemikian sehingga berkesinambungan dengan pola pendidikan di rumah, sehingga dalam pelaksanaannya, orangtua juga proaktif membuatkan kebiasaan baca di sekolah.

Jam masuk sekolah di Jepang dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat. Tetapi gerbang sekolah mulai ditutup 15 menit sebelum pelajaran formal dimulai. Pada jam inilah biasanya peraturan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, pada lima belas menit pertama belum dewasa sekolah dasar diwajibakan membaca buku apapun yang dipilihnya dari perpustakaan sekolah.


Tidak hanya itu, pola pendidikan di Jepang juga dibentuk untuk mendorong siswa supaya aktif membaca, ibarat mempresentasikan karya sastra klasik, menciptakan kelompok story telling menurut buku yang telah dibacanya untuk acara amal yang berlangsung pada simpulan tahun pelajaran.

Saat ini peraturan ini memang tak seketat ketika pertama kali diterapkan. Banyak sekolah yang tidak menyebutkan peraturan tersebut secara tertulis. Namun demikian, budaya baca yang telah tertanam pada pelajar di Jepang rupanya menciptakan siswa-siswa ini secara sadar dan sanggup berdiri diatas kaki sendiri membuka ruang-ruang diskusi ilmiah informal di luar jam pelajaran mereka, dengan salah satu agendanya yakni membahas banyak buku-buku yang tengah terbit ataupun fenomenal.

Referensi artikel :

No comments:

Post a Comment