Sahabat Edukasi yang berbahagia…
Kekerasan marak terjadi dalam dunia pendidikan. Berdasarkan data per Februari 2015 dari Plan Internasional, 50 persen anak Indonesia menyaksikan kekerasan yang terjadi di sekolahnya selama enam bulan terakhir.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan memandang hal tersebut sebagai keprihatinan serius bagi dunia pendidikan.
“Ini perlu diberikan perhatian khusus, dan perlu ada gerakan atau tren yang sanggup mengirimkan pesan ihwal anti kekerasan dalam pendidikan,” demikian disampaikan Mendikbud ketika berdiskusi dengan para anggota Gugus Tugas Pendidikan Anti Kekerasan, di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Rabu (11/03/2015).
Pembentukan Gugus Tugas Pendidikan Anti Kekerasan, kata Mendikbud, perlu dilakukan untuk sanggup memberikan pesan bahwa kekerasan ialah sesuatu yang tidak modern dan harus ditinggalkan.
Gugus kiprah ini, Mendikbud mengatakan, merupakan yang pertama kali dibuat Kemendikbud sebagai upaya menimbulkan lingkungan pendidikan sebagai kawasan berguru yang kondusif dan menyenangkan.
Tugas yang akan dikerjakan oleh gugus kiprah ini, Mendikbud mengemukakan, melihat permasalahan yang terjadi di sekolah secara keseluruhan. Dengan begitu komponen yang akan terlibat tidak hanya sekolah tetapi juga masyarakat secara umum.
“Gugus ini sanggup bekerja dan bertukar pikiran, menimbulkan wacana yang sehat di masyarakat,” tutur Mendikbud.
Mendikbud berharap, Gugus Tugas Pendidikan Anti Kekerasan ini sanggup menjadi mercusuar untuk mendorong penyelesaian duduk kasus kekerasan dalam dunia pendidikan. “Gugus kiprah ini pun sanggup bantu-membantu masyarakat lainnya menuntaskan permasalahan kekerasan yang terjadi di dalam pendidikan. Dari sini kita dorong anti kekerasan.” pungkas Mendikbud. (Seno Hartono)
No comments:
Post a Comment